Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
Kuncinya Adalah Optimalisasi Waktu
Sering kali kita berapologi dengan kesibukan untuk menghindari beban, mencari alasan untuk pembenaran kesalahan dan bermalas-malasan untuk perubahan karena sulitnya keadaan dan minimnya kemampuan. Mari kita lanjutkan kontemplasi surat Al Ashr, yaitu pada bagian" ... watawa shaubilhaq watawa shau bish-shabr ... saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran."
Bila pada ayat sebelumnya imam dan amal shalih sebagai kapasitas internal atau keshalihan pribadi, maka pada ayat berikutnya menunjukkan kapasitas eksternal atau keshalihan sosial. Energi untuk memberi. Sebagai air, ia suci lagi menyucikan. Sebagai pahlawan ia mujahid sejati yang menggerakkan dan mengorbankan semangat jihad. Semoga dai ia orator dan teladan. Sebagai hartawan ia entrepreneur juga dermawan. Sebagai pejabat ia jujur dan budiman, Begitulah Islam mengjarkan, menjadi pribadi shalih dengan memberikan manfaat, seperti air yang thahurun muthahharun. Suci lagi menyucikan. Suci bagi dirinya bermanfaat bagi yang lainnya.
Sebagaimana air pribadi shalih akan memberi keshalihan sosial bila dikelola, diorganisir dalam amal jama'i, kerja kolektif untuk tujuan besar dan mulia. Air bila sendiri meski besar bisa jadi bencana, maka sebaiknya jadikan diri air yang bersih dan besar, siap dikelola untuk berbagai peran, pesan, keadaan sehingga manfaatnya luar biasa. Jadilah pribadi dahsyat dengan berjamaah, berlipatganda, dua puluh tujuh derajat nilainya.
Untuk lebih jelasnya mari kita belajar bagaimana Nabi. Mari lihat perjalan Nabi sebagai pribadi manusiawi. Apakah beliau lahir dalam kemewahan dan berbagai fasilitas ? Tidak. Sebelum lahir sudah yatim. Berumur enam tahun yatim piatu. Ikut kakek dua tahun saja sampai usia delapan tahun. Selanjutnya ikut pamannya, Abu Thalib dan banyak anak. Menjadi penggembala kambing untuk mandiri dan membantu ekonomi pamannya. Berdagang ke negeri Syam, dan berbagai usaha dilalui. Semua layaknya manusia biasa. Tetapi justru itulah yang istimewa, beliau mengalami semua kepahitan dan penderitaan untuk berempati pada segala kesulitan yang dialami manusia. Ketika wahyu datang menitahkan dia sebagai Nabi, maka tak ada lagi kata istirahat baginya. Inilah kuncinya mendidik diri dengan waktu untuk menjadi pahlawan sejati.
Rasulullah meraih keberkahan waktu beliau dengan banyak berjihad di jalan Allah. Interval waktu bagi Rasul adalah jihad sepanjang hayat. Tiga belas tahun di Makkah dengan penderitaan yang tak ada habisnya. Lalu hijrah ke Madinah. Hanya sepuluh tahun di Madinah, tapi prestasinya luar biasa. Memimpin 35 gazwah 'peperangan besar yang beliau ada di dalamnya' dan mengirim 27 sariyah 'peperangan kecil yang beliau menyusun strateginya.'
Lalu bagaimana dengan kita, orang biasa agar mampu meraih keberkahan waktu ? Inilah rahasia yang mesti digali. Rasulullah mencontohkan dengan mengaktualisasikan semua potensi untuk berkhidmah, melayani dan memimpin. Karena pada prinsipnya setiap kader dakwah merupakan "pelayan" bagi dakwah. Kader umat pelayan umat. Kader bangsa pelayan bangsa. Adapun dakwah memberikan apresiasi yang baik terhadap kiprah para kadernya, memberi ruang gerak, membimbing, mengarahkan agar potensi itu maksimal manfaatnya.
Karena itu penting membangun prestasi dengan ketulusan bukan ketenaran. Prestasi bukanlah popularitas. Popularitas bukanlah prestasi. Karena orang-orang yang dikagumi, disanjung belum tentu dibela. Karena itu dibutuhkan selalu keikhlasan.
Seorang menjadi luar biasa apabila keshalihannya bisa ditransformasikan dalam ranah sosial Pribadinya hidup dan mampu menghidupkan hati yang mati, menggugah jiwa yang terlelap, membangun motivasi yang beku, mencairkan komunikasi yang kaku dan puncaknya mampu membuka pintu-pintu kebaikan bagi dirinya maupun orang sekitarnya. Ia bukan hanya hidup untuk dirinya sendiri tetapi memberikannya kepada orang lain.
Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam. bersabda, "Barangsiapa di antara kamu yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, maka hendaklah ia bersegera memberikan manfaat kepadanya". (Diriwayatkan Muslim dari Jabir Rodhiyallahu 'anhu)
Next Episode → 15.3 - BANGUN KESHALIHAN SOSIAL || TUJUH KATA KUNCI (Atsbatuhun mauqiifan)
Komentar
Posting Komentar