Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
Bangun Keshalihan Sosial
"Manakala nilai hidup ini hanya untuk diri kita, maka akan tampak bagi kita bahwa kehidupan kecil dan singkat. Yang dimulai sejak kita memahami arti hidup dan berakhir hingga batas umur kita. Tetapi apabila kita hidup juga untuk orang lain maka jadilah hidup ini bermakna panjang dan dalam. Bermula dari adanya kemanusiaan itu sendiri dan berlanjut sampai kita meninggalkan dunia ini." (Sayyid Quthub, Arafah Ar-Ruuh, hlm. 9)
Imam Ahmad pernah ditanya tentang pemimpin yang perkasa namun kurang baik perangainya dan orang shalih namun lemah. Lalu dengan yang manakah jihad harus dilakukan ? Maka dia menjawab, "Orang kuat yang kurang baik, keburukan perangainya menjadi tanggung jawabnya sendiri sedangkan kekuatannya demi kebaikan orang-orang Muslim. Sedangkan orang shalih yang lemah, maka keshalihannya hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan kelemahannya membahayakan kaum Muslim. Jadi berjihadlah bersama orang yang perkasa meski tidak baik perangainya."
Belajar menjadi "Aku Sosial"
Mengakhiri tulisan ini, mari kita simak nasihat Ustadz KH Rahmat Abdullah Allahu Yarham. Beliau orang biasa. Lulusan sekolah 'Aliyah. Biasa. Setingkat SLTA. Tapi, prestasinya sungguh luar biasa. Menguasai bermacam-macam bahasa dan cabang ilmu pengetahuan. Barangkali kalau kita mendengar tausiyah-tausiyah beliau langsung akan merasakan dan berkomentar "Ini adalah nasihat seorang profesor doktor..." Media Massa Islam dan para aktifis dakwah menempatkan beliau sebagai Syaikhut Tarbiyah. Padahal syarat seorang bisa disebut syaikh bila di Timur Tengah menurut DR. Mu'inudinillah, sangat komplrks. Yakni mesti menguasai berbagai cabang ilmu seperti hadits, fiqih, tafsir, bahasa, sastra, budaya, psikologi dan berbagai ilmu alat. Ustadz Rahmat mendapat gelar Syaikhut Tarbiyah karena berbagai macam ilmu dan bahasa beliau kuasai dengan baik. Hal itu bisa kita simak dalam karya-karya beliau. Untuk membaca kedalaman pesan yang beliau tuturkan mesti dibaca berulang-ulang karena saratnya makna yang dibawa. Beliau layak sebagai syaikh, apalagi bila dipadukan dengan kelembutan, kesederhanaan, ketawadhu'an, dan ketulusan cinta beliau. Beliau adalah guru cinta. Beliau orang yang "paling kaya" dalam kesederhanaan, pengorbanan dan keteguhan sikap.
Penulis berjumpa beliau dua kali di Solo dan di Karanganyar. NAsehat dan tulisan beliau selalu mengisi hati, mengalir menjadi inspirasi, dan memberi ruh baru serta menghadirkan cara unik dalam memandang hidup. Hidup lebih terasa, berbeda, dan bermakna bersamanya.
Salah satu nasehat monumental beliau disampaikan pada tanggan 1 September 2001 jam 15.40 WIB di Solo. Penulis terinspirasi dengan nasehat beliau bagaimana dengan keterbatasan yang ada kita bisa mendahsyatkan pribadi biasa dengan prestasi luar biasa. Ini jawaban dan solusi atas permasalahan yang sering dikeluhkan : sulitnya berprestasi, sulitnya berdakwah, melakukan rekrutmen orang pada kebaikan, rumitnya masalah nikah, keluarga, kompleksnya problem juru dakwah dan berbagai masalah yang terus ada tak ada habisnya. Memandang dengan cara berbeda, itu kuncinya. Misalnya membludak muslimah yang siap nikah, bagaimana solusinya ? Beliau pun mengusulkan "Madrasah Ummu Sulaim". Agar para muslimah menjadi hero --atau herawati ? Ini tambahan oenulis--, siap menjadi daiyah dan murabbiyah yang mengkader "Abu Thalhah- Abu Thalhah" baru ke dalam barisan dakwah, menjadi hero, dan syahid.
Nasehat beliau ini penulis syarahkan dengan bahasa tulis kami yang shaif ini semampunya agar lebih mudah dipahami. Maka mohon maaf ya Syaikh bila ada kekurangan di dalamnya dan terlalu dangkal kami memahaminya.
Next Episode → 15.2 - BANGUN KESHALIHAN SOSIAL || KUNCINYA ADALAH OPTIMALISASI WAKTU
Komentar
Posting Komentar