Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
❖ Respek Terhadap Keunikan Orang Lain
Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam bersabda, "Setiap orang diciptakan menurut bakatnya masing-masing." Orang lain berbeda dengan kita. Karena Allah menciptakan manusia berbeda sesuai dengan keunikannya. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Qs. Al Hujurat : 13)
Di sinilah kita menjadi shalih dengan berukhuwah, menerima keunikan orang lain. Caranya? Ta'aruf 'saling mengenal', tafahum 'saling memahami' dan takaful 'saling memikul beban'. Di sini kita menjadi shalih dengan bersinergi dengan keunikan kita. Karena keunikan itulah yang membuat Islam kaya. Ada Abu Bakar yang lembut, Umar yang keras dan tegas, Utsman yang pemalu, Ali yang pemberani. Mungkin kita sudah faham tapi orang lain belum. Ada kekurangan ada pula kelebihan. Maka berikan respek pada keunikan orang lain. Ini akan mendewasakan kita.
Misalnya saat suami istri menikah. Awalnya tumbuh cinta karena masing-masing mendambakan kelebihan pasangannya. Cinta pun berbunga, tumbuh merekah. Tapi hari berganti. Ditemukan kekurangan dari pasangannya. Akankah kita mengaramkan bahtera yang tengah berlayar di tengah lautan ? Saat itulah dibutuhkan kesadaran, kefahaman dan kesabaran untuk menerima kekurangan pasangan apa adanya. Bahkan orang yang berpikir positif justru berupaya mengubah mengubah kekurangan dan kelemahan untuk mendahsyatkan potensi yang ada, "agar kuncupnya mekar menjadi bunga". Bukan menyalahkan atau menyesali. Karena di balik kelemahan itu tersimpan kekuatan dahsyat yang kadang tak disadari.
Hidup itu unik. Lebih asyik, lebih indah dan lebih bahagia bila setiap hari kita terusik untuk menemukan keunikan-keunikan yang ada dalam diri kita maupun orang lain. Positif memandang anugerah. Dewasa melihat realitas. Cerdas menangkap inspirasi. Amanah mengusung aspirasi. Dunia yang begitu luas jangan dipersempit dengan cara-cara culas.
Mari belajar mengenali keunikan orang lain, agar kita termotivasi, lebih bersemangat dan bersyukur atas anugerah yang melimpah. Berjalanlah dengan cara yang tak biasa. Hadirkan inspirasi agar jiwa berseri.
Ada sebuah kisah nyata. Seorang ibu karena jenuh, bosan dan kesal disibukkan dengan kegiatan rumah tangga yang seabreg, ia pergi begitu saja naik bus kota pulang balik. Di perjalanan dijumpai aneka polah manusia yang beragam. Ia bandingkan dengan keluarganya selama ini. Ia pun lebih bersyukur, ternyata yang ia alami sehari-hari belum seberapa. Masih lebih ringan bila dibandingkan dengan "hukum rimba" yang berlaku di beton-beton Jakarta, yang ditemui di perjalanan.
Begitulah bentuklah diri kita, bangun kepribadian kita, lapisi jiwa ita, miliki keunikan dan bersikap respek terhadap keunikan orang lain. Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam bersabda,
"Seorang mukmin yang bergaul dengan banyak orang, lalu ia sabar dengan tindakan mereka yang menyakitkan, maka itu lebih baik daripada orang yang tidak pernah bergaul dengan orang banyak dan ia tidak bisa sabar dengan tindakan mereka yang menyakitkan." (HR. Ahmad)
Kalau pun dicaci oleh orang lain ia tetap bisa bersabar dan mengatakan, "Kalau yang kamu katakan tentang diriku benar, semoga Allah mengampuniku. Kalau yang kamu tuduhkan itu salah, semoga Allah mengampuni dan merahmatimu." Itulah sikap dan nasihat salafus shalih, respek dengan keunikan orang lain dan mudah memaafkan kesalahan.
Bila pilar keshalihan 'aqidah, ibadah, akhlak dan keluarga' diintegrasikan dalam sikap yang tepat terbentuklah kepribadian musim minimal. Yakni keshalihan tingkat dasar yang seharusnya ada. Karena sebagai pahlawan sukses harus mampu mengalahkan dirinya sebelum berjuang mengalahkan orang lain. "Seorang mujahid adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya." Ini perjuangan minimal menapaki tangga keshalihan.
Aku ada Tiga
Ada cara memandang peran diri yang bisa kita renungkan.
- Aku diri : pemahaman diri yang efeknya memberi ketenangan karena kita memahami diri kita.
- Aku Sosial : memberikan rasa penerimaan, apakah kita diterima dalam kehidupan sosial atau tidak.
- Aku Ideal : bagaimana kita menjadi benar
Komentar
Posting Komentar