Langsung ke konten utama

14.2 - BANGUN KESHALIHAN PRIBADI || SHALIH DALAM AQIDAH, IBADAH, AKHLAK & KELUARGA

 Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller  "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"

Penulis - Solikhin Abu Izzudin

╼╾

    4 Pilar penting yang mesti ditegakkan untuk menggapai keshalihan itu.

1. Shalih dalam Aqidah. 

    Aqidah sebagai ruh ketegaran dan inti dalam kehidupan. Ini nyawanya. Bila ini tak ada, jangan harap amal kita bisa disebut amal shalih, sebaik apapun amalnya. Maka menjadi orang penting itu memang baik, tetapi menjadi orang baik itu lebih penting. Ruh dari aqidah adalah keyakinan kepada Allah dan balasannya di hari akhir, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ... berkata baik atau diam, memuliakan tamunya, memuliakan tetangganya, menjalin silaturahmi ..." dan hadits yang senada dengannya. Derivasinya adalah dalam rukun iman yang enam. Yakni iman kepada Allah, malaikat, kitab-Nya, rasul-Nya, hari akhir dan qadha dan qadar. Ini bisa dilihat dalam Al-Qur'an di penghujung Al-Baqarah maupun di hadits Arbain nomor 2.

    Jibril bertanya lagi : "Beritahukan aku tentang Iman". Lalu Rasulullah bersabda : "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk", kemudian dia berkata : "Anda benar". (HR. Bukhari Muslim)

    Nah iman yang melahirkan keshalihan pribadi adalah iman yang menghidupkan. Menghidupkan hati. Menghidupkan fikrah, pola pikir yang sehat. Menghidupkan amal yang akurat. Menghidupkan jihad dengan tepat. MEnghidupkan hidup agar menjadi lebih hidup, tidak asal hidup.

2. Shalih dalam Ibadah.

    Ibadah bukan sekadar rutinitas ritual, tetap ia wujud penghambaan total kepada yang Maha Dahsyat, yakni Allah Azza wa Jalla. Dimensi ibadah adalah rasa ketundukan dalam pengawasan sehingga jiwa selalu terkondisi dalam pengawasan sehingga jiwa selalu terkondisi dalam ketaatan, jauh dari maksiat, takut dan berharap hanya kepada Allah. Ibadah akan menjadi ruh dahsyat dalam meraih sukses bila dilakukan dengan sadar, khusyu untuk menggali kekuatan dahsyat dari yang Maha Dahsyat, iyyaka na'budu wa iyyaka nas ta'in ... kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan. Tapi ibadah yang kering, kosong dan hampa tentu tak ada nilai dan pengaruhnya apapun apabila tidak dibangun di atas pemahaman integral, keikhlasan yang paripurna, amal yang total, kesungguhan dalam penghambaan, ketulusan dalam berkorban, meneguhkan ketaatan, murni dalam orientasi, cinta yang suci, dan keyakinan yang mendalam akan balasan dari Allah. Rasulullah mendefinisikan ibadah yang ihsan, baik dan benar apabila "Beribadahlah engkau, seolah-olah engkau melihat Allah, bila tidak dapat melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Allah melihatmu." (HR. Muslim) Ibadah akan bermakna dan menghasilkan energi spiritual yang luar biasa, ibadah mesti benar caranya dan ikhlas niatnya. Ibadah seperti inilah yang bisa merealisir taqwa sebagai bekal, pakaian, kemuliaan orang beriman, pahlawan sejati. "Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.: (Qs. Al Baqarah : 21)

3. Shalih dalam Akhlak

    Akhlak adalah buah aqidah dan ibadah. Kata Nabi, "Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya." Akhlak adalah bukti, arti, makna sehingga hidup berarti. Tanpa akhlak seperti orang mati. Coba bayangkan --mungkin nggak ya-- seorang yang rajin ibadah tapi bicaranya kotor, pikirannya jahat, perilakunya jorok. Mungkinkah ? Mungkin saja bila ibadah tanpa iman. Bisa saja bila ia tak mampu mengaitkan akhlak dengan iman dan ibadah, sehingga wellcome terhadap masalah yang makruh, syubhat bahkan haram. Inilah kategori pecundang, orang yang "bangkrut dengan sukses", al muflis, habis modal masih nombok juga, kasihan.

    Nah, agar tidak terjadi kebangkrutan, jadikan keshalihan akhlak itu terintegrasi. Jadikan akhlak mulia kita sebagai bungan yang harum, buah yang ranum, sehingga semua orang tersenyum dan rindu untuk memetiknya. Dekat saja sudah dapat bau harumnya, makin dekat dapat buah ranumnya. Subhanallah.

4. Shalih dalam Keluarga

    Keshalihan pribadi akan lebih berarti bila terefleksi dalam keluarga. Karena keluarga merupakan standar, ukuran, parameter, timbangan untuk melihat selaraskan ucapan dengan perbuatan. Sehingga para sahabat pun bertanya pada bunda Aisyah, "Bagaimana akhlak Nabi ? " Aisyah pun menjawab, "Akhlak Nabi itu yang Al-Qur'an." Apa yang ditampilkan Nabi di luar klop betul yang di rumah. Pada saat lain bunda Aisyah juga di tanya, "Apa yang menakjubkan dari Nabi?" Aisyah pun menerangkan, "Semua urusan Nabi menakjubkan." Karena keluarga sebagai miniatur Islam sekaligus laboratorium syariah, maka kta mesti menjaganya. Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (Qs. At Tahrim : 6) Dari keluarga yang terjaga inilah para pahlawan dilahirkan. Ada Abdullah bin Zubair buah cinta Asma' binti Abu Bakar dan Zubair bin Awwam yang lahir saat hijrah. Ada Umar bin Abdul Aziz cicit Umar bin Khathab yang bermenantukan gadis jujur penjual susu. Ada Abdullah bin Mubarak, putra Mubarak sang penjaga kebun yang amanah sampai tak tahu rasa buah kebun yang dijaganya, karena dia memang hanya penjaga kebun, bukan pencicip isis kebun. Subhanallah. Di balik para pahlawan ada wanita-wanita besar yang melahirkan dan mendapingi mereka, dan itu berangkat dari keshalihan keluarga.


Next Episode → 14.3 - BANGUN KESHALIHAN PRIBADI || POTRET KESHALIHAN PRIBADI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 22 - TAKUT KEPADA ALLAH

السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Diantara keyakinan seorang muslim, bahwa manfaat dan mudhorot adalah di tangan Allah semata. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah.     Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri dihadapan Allah, mengagungkan-Nya dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya.     Bukan takut yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap Rahmat Allah dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah.      Takut seperti ini adalah ibadah, tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allah, barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah terjerumus kedalam syirik besar yang dapat men...

HSI-SILSILAH 05 - HALAQOH 14 - Tanda-Tanda Besar Dekatnya Hari Kiamat

 السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ Tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat adalah 10 tanda menjelang datangnya hari kiamat. Yang apabila sudah muncul 10 tanda tersebut, maka akan terjadilah hari kiamat. Tanda-tanda besar tersebut apabila muncul satu, maka akan segera diikuti oleh yang lain. Suatu saat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat para Shahābat sedang saling berbicara.      Maka Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian bicarakan?”      Merekapun menjawab, “Kami sedang mengingat hari kiamat.”      Maka, Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ “Sesungguhnya tidak akan bangkit hari kiamat tersebut sampai kalian melihat sebelumnya 10 tanda-tanda.” Kemudian Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam menyebutkan 10 tanda tersebut. Asap Dajjal Daabbah (seekor hewan melata) Terbitnya...

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 19 - BERSUMPAH DENGAN SELAIN NAMA ALLAH

  السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته   ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang dinamakan baik oleh yang berbicara maupun yang di ajak bicara.     Kalau bahasa arab makan menggunakan huruf 'و' atau 'ب' atau 'ت' adapun bahasa indonesia maka menggunakan kara 'demi'.     Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah semata, misalnya dengan mengatakan : ' Wallahi ' , Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Dan lain-lain.     Adapun makhluk, bagaimanapun agungnya di mata manusia, maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya. Misalnya dengan mengatakan ; Demi Rasulullah, Demi Ka'bah, Demi Jibril, Demi langit dan bumi, Demi bulan dan bintang, Dan lain-lain.     Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluk yang terlarang.     Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa S...