Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
❖ Sukses dan Ujian
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (Qs. Al-Baqarah :216)"Dihampari jalan menuju surga dengan perkara-perkara sulit (yang dibenci) dan dihampari jalan menuju neraka dengan syahwat (keindahan yang melenakan)." (HR. Bukhari)
Sebagian orang mengira jalan keimanan menuju surga itu ditaburi mawar, melati dan semerbak aroma menawan, tiada lagi fitnah di dalamnya, tiada tekanan, siksaan, rintangan, halangan, tribulasi, teror, intimidasi dan sebagainya. Kebanyakan orang mengira sukses itu seperti melewati jalan tol, bebas hambatan. Padahal kata teman-teman dari Batak jalan ini simanungkalit, bukan pilihan para pengaribuan, rutenya terjal bahkan kadang manurung, suatu ketika sibutar-butar bikin kepala poltak, sepanjang jalan banyak si raja guk-guk, sedikit situmorang yang melewati, tapi kalau sudah pamuncak udara siregar. Maka simanjuntak tak gentar wahai butet dan hanya kepada Allah kita berharahap.
Maka ketika melewati rute yang seolah nggak sampai-sampai juga, jangan gelisah dan sedih, laa tahzan innallaha ma'anaa. Karena Al-Qur'an telah degan tegas menepis persepsi yang salah tersebut.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
"Alif Laam Miin. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak di uji lagi ? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Qs. Al-Ankabut : 1 - 3)"Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal beum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar." (Qs. Ali Imran : 142)"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah ?" Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS. Al-Baqarah : 214)
Para sahabat pun pernah "salah persepsi". Mereka mengira kemenangan akan mudah diraih, tergesa-gesa untuk "memetik buah". Bagaimana Nabi menyikapi?
Dari Khabbab bin Al Art Rodhiyallahu 'Anhu, ia berkata, "Kami mengadu kepada Rasulullah Sholallahu 'alayhi wa Sallam yang ketika itu beliau sedang menjadikan kainnya sebagai bantal di bawah Ka'bah, lalu kami berkata, "Tidakkah engkau meminta pertolongan untuk kami ? Tidakkah engkau mendo'akan kami ?" Beliau kemudian bersabda,
"Sungguh telah ada orang yang hidup sebelum kamu seorang laki-laki yang ditanam ke dalam tanah, lalu dibawakan gergaji dan diletakkan di kepalanya, maka digergajilah dirinya menjadi dua. Dan disisir dengan sisir dari besi sehingga dagingnya rontok terpisah dari tulangnya, tetapi itu tidak membuat-nya berpaling dari agamannya. Demi Allah ! Allah benar-benar akan menyempurnakan perkara (din) ini sehingga penunggang kuda yang berjalan dari Shan'a menuju Hadramaut tidak takut kecuali kepada Allah dan kepada serigala yang bakal memangsa kambingnya. Tetapi kalian tergesa-gesa." (HR. Bukhari)
Begitulah Nabi Sholallahu 'alayhi Wa Sallam selalu optimis untuk menang. Padahal saat itu kondisi beliau dan para sahabat benar-benar menderita teramat menyakitkan. Justru di sinilah iman dan keyakinan bicara untuk melahirkan kemantapan jiwa meraih hidup mulia. Demikian juga saat penggali parit dalam perang Khandaq, Rasul sangat optimis akan terbukanya kekaisaran Kisra yang megah.
Inilah Islam. Inilah jalan sukses, pintu bahagia dunia akhirat. Khabbab bin Art datang kepada Rasul Sholallahu 'alayhi Wa Sallam untuk disegerakan kemenangan, kemenangan zhahir, tetapi beliau justru memaparkan nilai tsabat, 'keteguhan', meminta para sahabat untuk, siap menanggung resiko, tegar menempuh tantangan dan penderitaan dengan taruhan nyawa sebagai tebusan. Hidup adalah pilihan, sobat dan setiap pilihan mengandung resiko.
Kemenangan tidak datang tiba-tiba dan bisa terwujud dalam bentuk yang lebih besar dari yang kita pikirkan. Berupa tegaknya Islam di masa datang.
Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam bersumpah,
"Demi Allah ! Allah benar-benar akan menyempurnakan perkara (agama) ini ..."
Kemenangan bersyarat, setelah terealisasinya tsabat, kekokohan jiwa dan kesabaran. Allah menegaskan ini supaya kita selalu optimis untuk meraih kemenangan.
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung."
Maka jadilah pribadi yang atsbatuhum mauqiifan, yang paling kokoh dan tegar dalam sikap-sikapnya. Islam melarang sikap tergesa-gesa, dan prestasi akan diraih secara bertahap sesuai sunnatullah, dan dibutuhkan kinerja profesional dalam segala hal. Adapun hasil dan kesuksesan itu rahasia Allah. Kita dituntut untuk menyelaraskan usaha dan ikhtiar dengan cara mulia.
"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu ..." (Qs. At-Taubah : 105)"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Qs. Ali Imran : 159)
Next Episode → 10.7 - MILIKI VISI, MISI, PERSEPSI DAN FILOSOFI || MENGUBAH PERSEPSI UNTUNG RUGI
Komentar
Posting Komentar