Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
"Bila jiwa itu besar, sesungguhnya fisik tak akan mampu meladeninya."
Menjadi Besar dengan Niat yang Benar
"Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar gara-gara niat. dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh gara-gara niat." (Abdullah bin Mubarak)
Kami merasa perlu untuk mengupas niat. Mengapa ? "Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar gara-gara niat. Dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh gara-gara niat." Kata Abdullah bin Mubarak.
Jangan-jangan prestasi yang kita punya sirna di hadapan Allah karena tidak didasari niat yang benar, tidak dibingkai keikhlasan dan jauh dari keridhaan Allah. Seperti kisah tiga orang "penting" yang diseret ke neraka karena salah niat. Padahal mereka adalah tokoh-tokoh terkemuka yang prestatif di tengah kaumnya, tetapi mereka diseret ke neraka terbongkar niat busuk dan buruk yang tersimpan rapi di lubuk hati mereka yang paling dalam. Siapakah mereka ? Mereka adalah motor penggerak masyarakat yang sangat berperan dalam merubah kondisi masyarakat. Mereka adalah :
- Orang alim, yang banyak ilmunya.
- Dermawan, orang yang banyak dermanya.
- Mujahid, orang yang gemar berjihad.
Ketiga golongan ini telah diperingatkan Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam dalam sabdanya,
"Yang pertama kali dibakar api neraka pada hari kiamat adalah tiga golongan, orang alim, mujahid dan dermawan. Adapun orang alim, maka Allah mendatangkan dan menanyainya :
"Apa yang dahulu engkau perbuat di dunia?"
Dia menjawab : "Aku menuntut ilmu di jalan-Mu, lalu aku sebarkan ilmu itu karena mencari keridhaan-Mu."
Maka dikatakan kepada-Nya : "Engkau dusta ! sebenarnya engkau mencari ilmu supaya dikatakan sebagai orang alim."
Kemudian diperintahkan malaikat penjaga neraka untuk menyeretnya, maka dilemparkan dia ke dalam neraka.
Kemudian didatangkan seorang dermawan, maka dia tanya :
"Apa yang dahulu engkau perbuat di dunia ?"
Dia menjawab : "Aku mencari harta yang halal, kemudian aku infaqkan harta itu di jalan-Mu."
Maka dikatakan kepadanya : "Engkau dusta ! Engkau infaqkan hartamuu supaya manusia menyebutmu dermawan."
Kemudian diperintahkan malaikat penjaga neraka untuk menyeretnya, maka dilemparkanlah dia ke dalam neraka.
Kemudian yang ketiga, "Apa yang dahulu engkau perbuat di dunia?
Dia menjawab : "Aku berperang di jalan Allah, sehingga aku mati terbunuh."
Maka dikatakan kepadanya : "Engkau dusta ! Engkau berperang supaya dikatakan orang sebagai pemberani"
Maka diperintahkanlah malaikat penjaga neraka untuk menyeretnya, maka dilemparkanlah dia kedalam neraka." (Sebagaimana sabda Rasul dalam Riwayat Muslim)
Para ulama meletakkan hadits Niat di awal pembicaraan tentu bukan tanpa maksud dan tujuan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikianlah itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (Qs. Al-An'am : 162-163)
Kami merasa perlu mengawali buku ini dengan tema meluruskan niat karena memang inilah cara membangun fondasi amal agar memiliki nilai, makna dan arti. Ikhlas itu amal hati, syarat diterimanya amal dan ibadah.
Niat benar, amal menjadi besar
Hadits niat ini masuk dalam 70 buah bab dalam fiqih. Mengapa ? Karena niat akan menentukan kualitas amal, apakah amal itu menjadi amal ketaatan atau malah merosot nilainya menjadi maksiat. Semuanya kembali kepada niat.
Niat memiliki banyak fungsi dan arti yang berdampak pada bernilai tidaknya suatu amal.
1. Menyempurnakan
Tanpa niat yang jelas, sebuah amal tidak sempurna, tidak bernilai di sisi Allah. Sebagian ulama menegaskan "innamal a'malu bin niyaat" maksudnya sebagai "innamaa kamaalul a'maal" sesungguhnya sempurnanya amal adalah dengan niat. Inilah yang menjadi dasar setiap amal, niat masuk dalam rukun setiap ibadah. Tak ada ibadah tanpa niat.
Ikhlas berarti membersihkan dan memurnikan sesuatu dari yang mengotorinya. Secara istilah, ikhlas adalah menghendaki keridhaan Allah semata, dengan membersihkannya dari segala dosa individual maupun pamrih duniawi. Ikhlas adalah niat untuk mencari keridhaan Allah saja dengan beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun selain-Nya, dan memurnikan niat dari segala sesuatu yang merusaknya. Dalil disyariatkannya ikhlas,
Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam bersabda,
"Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan hanyalah tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu (ikhlas) karena Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena faktor duniawi yang dikehendakinya atau untuk mendapatkan wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan yang diniatkannya." (HR. Bukhari Muslim)
Hadits di atas, menurut Imam Syafi'i, merupakan sepertiga dari ilmu. Karena amaliah-amaliah itu terdiri dari 3 bagian. Pertama, sifat lisan yaitu dzikir. Kedua, sifat hati yaitu niat. Dan ketiga, sifat gerakan.
Sedangkan menurut Abu Dawud hadits ini (niat) merupakan separo dari Islam. Karena dalam Islam ada perkara yang dhahir yaitu syariat yang tampak dan ada perkara batin berupa niat yang tersembunyi.
Rasulullah Sholallahu 'alayhi wa Sallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang murni dan hanya mengharap ridha-Nya." (HR. Abu Dawud dan Nasa'i)
Komentar
Posting Komentar