Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
Rasulullah Sholallahu 'alayhi wa Sallam bersabda, "Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan orang yang membutuhkan, jalinlah persaudaraan, dan shalatlah di waktu malam ketika orang lain ketiduran, niscaya kalian akan masuk surga dengan penuh kesejahteraan." (HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Salam)
Orang-orang besar yang tak biasa menemukan dan menentukan suksesnya dengan cara-cara beda yang tak biasa. Mereka luar biasa karena mengambil cara lain dari kebanyakan orang. Kata orang pesantren itu ilmu laduni. Seperti "zhahirnya santri yang juga putra mahkota Kyai", siang hari main-main kesana-kemari, tapi ternyata menyimpan ilmu besar di atas rata-rata para santri. Apa rahasianya ? Ternyata mereka, ketika para santri tertidur, mereka belajar langsung kepada sang Kyai yang tak lain adalah bapaknya sendiri. Maka jangan heran bila anak Kyai yang jadi mewariskan ilmu dari leluhurnya yang kadang tak diwariskan kepada santri pada umunya. Inilah rahasianya, ternyata !
➺ Lalu Bagaimana Kita Belajar dari Orang Besar ?
"Kalau aku tidur di siang hari berarti aku menyiakan hak rakyat atas diriku. Kalau aku tidur malam hari berarti aku menyia-nyiakan hakku untuk beribadah kepada Rabbku." (Umar bin Khathab)
➺ Lalu, kapan tidurnya?
Para salafush-shalih memiliki keistimewaan dalam cara membagi dan mengisi waktu untuk aktifitas tertentu. Mari kita cermati lalu kita gunakan sebagai energi untuk membina diri.
➺ Imam Malik : tidak tertidur saat belajar
Ini cara unik ulama dalam meluarbiasakan diri. Beliau menyedikitkan waktu tidurnya untuk menggali ilmu dan menorehkannya guna diwariskan untuk umat sepanjang zaman. Ibnul Qosim, seorang ulama fiqh Mesir yang wafat tahun 191 H mengisahkan, "Aku pernah mendatangi Imam Malik sebelum waktu fajar. Aku tanyakan dua masalah, tiga masalah atau empat masalah, dan saya melihatnya benar-benar dalam suasana lapang. Kemudian saya mendatanginya hampir setiap waktu sahur. Terkadang karena lelah, mataku terkatup dan aku tertidur. Ketika Imam Malik keluar ke masjid, aku tidak mengetahuinya. Kemudian aku dibangunkan oleh pembantunya seraya mengatakan, "Gurumu tidak tertidur seperti kamu. Padahal saat ini usianya telah mencapai empat puluh sembilan tahun. Setahuku ia yaris tidak shalat kecuali dengan wudhu' untuk shalat isya'. "(Tartibul Madarik, 3/250, dari Berjuang di Dunia Berharap Pertemuan di Surga)
➺ Metode Imam Syafi'i
Imam Syafi'i Rahimahullah membagi waktu malamnya menjadi tiga, yakni sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk shalat malam, dan sepertiga ketiga untuk tidur.
➺ Metode Abu Hurairah
Abu Hurairah Rodhiyallahu 'anhum dan keluarganya menghidupkan waktu malamnya menjadi tiga. Bedanya yang dibagi orangnya, semacam khirosah atau jaga malam secara bergantian. Mula-mula ia berjaga sambil shalat sepertiga malam. Kemudian dilanjutkan oleh istrinya sepertiga malam, dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh putrinya. Dengan demikian tiada satupun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah melainkan berlangsung disana ibadah, dzikir dan shalat.
➺ Prioritas waktu
Adapun ulama salaf memberikan kiat untuk memanfaatkan waktu untuk aktifitas belajar adalah sebagai berikut. "Waktu yang terbaik untuk menghafal adalah waktu sahur, sebelum fajar, untuk meneliti adalah waktu pagi, untuk menulis di tengah hari, dan untuk menelaah dan mengulang di waktu malam..." (Efisiensi Waktu, Jasim Badr Al Muthawwi')
➺ Dahsyatnya waktu shubuh
Rasulullah Sholallahu 'alayhi wa Sallam bersabda, "Berpagi-pagilah mencari rezeki, karena berpagi-pagi itu membawa berkah dan menghasilkan kemenangan."
Luqmanul Hakim berpesan, "Jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu. Ia berkokok sebelum fajar, sementara kamu masih mendengkur tidur hingga matahari terbit."
Jarang yang memperhatikan kedahsyatan shubuh untuk sarana pembelajaran. Rasulullah selalu mengajak umatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan shalat sunnah dan shalat shubuh berjamaah tentu bukan tanpa alasan. Di balik beningnya suasana pagi ada banyak hikmah mendalam yang menanti. Diantaranya berlimpah pahala dari Allah, kesegaran udara shubuh untuk kesehatan fisik, konsentrasi pikiran dan daya ingat yang kuat untuk menyambut datangnya hikmah dan ilmu-ilmu Allah. Konsentrasi dan kemampuan memahami waktu shubuh yang tenang adalah momentum yang tak pernah dilupakan para ulama untuk menggali ilmu, mendalami, menyerap hikmah dari berbagai peristiwa sehingga mereka dapat menghadirkan ilmu untuk diwariskan kepada umat hingga hari kiamat.
➺ Metode Belajar Ibnu Jarir Ath Thabari
Diceritakan oleh Al Khatib Al Baghdadi, bahwa selama empat puluh tahun dari penghujung usianya, Ibnu Jarir mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari. Yang istimewa dari prestasi ibnu Jarir ini meskipun ia menulis artikelnya selepas dhuhur hingga waktu ashar tiba, tetapi murajaah akan ilmu serta ide-ide yang akan ia tuangkan dalam tulisannya, didapatkan di awal-awal shubuh, setelah menunaikkan qiyamullail.
Salah seorang murid Ibnu Jarir, Abu Bakar Asy Syajari mengisahkan, "Setelah bangun ia mengerjakan shalat berlengan pendek. Setelah bangun ia mengerjakan shalat dhuhur. Lalu menulis hingga waktu Ashar. Selanjutnya ia duduk di dalam majelis bersama orang-orang untuk mengajar fiqh serta pelajaran-pelajaran sampai masuk shalat Isya'. Kemudian pulang kerumah dan istirahat. Tengah malam ia bangun malam dan mendalami ilmu-ilmunya."
➺ Menggembala Keliling Dunia
Siapa yang membayangkan kalai aktifitas menggembala yang "luar biasa" ternyata bisa mengantarkan seseorang keliling dunia? Sudah, nggak usah dibayangkan, wong nggak punya gembalaan. Simak saja bagaimana keberhasilan anak desa mengelilingi dunia dengan prestasinya. Dia adalah Dr. W. Warsito yang tahun 1986 menamatkan di SMA Karanganyar. Ia lahir dari pelosok Karanganyar, penemu topografi dan scan empat dimensi.
Cara belajarnya unik, kreatif dan memberdayakan waktu secara efektif. "... Kakak pertamanya harus rela menjadi tukang parkir mobil, jaga gudang, serta kondektur bis untuk menyelesaikan kuliah hingga akhirnya menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Karena memang jangankan untuk sekolah, untuk makan saja bagi keluarga Warsito sangat susah. Tapi kondisi seperti itu bukan terus menjadikan Warsito berpikir untuk mundur, justru menjadi pelecut bagi dirinya untuk tetap terus maju. "Saya angon kambing, mencabut rumput di sawah setiap selesai sekolah, membantu ayah mencari uang.' tutur Warsito.
Makanya selepas sekolah, Warsito seringkali terlihat mengumpulkan kertas bekas yang di gunting kecil-kecil kemudian dijilid palai lem sehingga bisa dibuat menjadi catatan kecil. Tak selang lama, dalam catatan kecil itu, Warsito menyalin semua pelajaran di buku pinjaman dan catatan sekolah. Catatan itulah yang selalu dibawa ke sawah dan kemana-mana agar bisa belajar. Itulah yang mengantarkannya mewakili SMA Karanganyar maju ke lomba cerdas tangkas MIPA-UGM se-wilayah Solo-Yogya hingga akhirnya membawanya keliling dunia di Jepang, Amerika dengan karyanya Foto scan 4 dimensi real time." Biar lebih komplit anda baca sendiri di majalah Tarbawi edisi 103 th.6 / Maret 2005 halaman 25.
➺ Kereta Menghasilkan Karya
Ditangan lelaki Bandung kelahiran Yogyakarta inilah "lecutan halilintar" plasma air justru mampu 'dijinakan' hingga menghasilkan energi yang mampu menguraikan air limbah menjadi air bersih bahkan kadar limbahnya bisa dikatakan zero. Penelitian pertama di bidang plasma inilah yang menjadikan DR. Anto Tri Sugiarto, M. Eng. berkelana ke belahan dunia, ke Jepang, Kanada, Eropa hingga Amerika. Bagaimana DR. Anto menghasilkan karyanya ? Simak penuturannya,
"Penelitian itu umumnya mendapatkan ide kalau tidak dengan banyak membaca dan berkutat dengan diktat, maka harus banyak berdiskusi dan berjalan. Dan saya termasuk golongan yang kedua. Sehingga saat di Jepang saya paling suka traveling. Di situlah saya menemukan ribuan ide yang selalu saya catat di notebook kecil saya untuk di diskusikan. Ide ini kemudian menjadi topik skirpsi mahasiswa S-1 dan S-2 atau paling tidak jadi jurnal atau proyek ilmiah."
Cara belajarnya ? Ia rela harus bekerja di perusahaan service komputer untuk bisa bertahan hidup di Jepang, membiayai kuliahnya. Tak jarang ia harus meluangkan pengerjaan tugas-tugas kampusnya di kereta. Pasalnya sebagian waktunya harus di habiskan dalam perjalanan ke tempat-tempat pelanggan service komputer di perusahaannya. Beberapa paper dan penelitian dikerjakan dan di hasilkan di kereta. Keretalah 'kampus' tempat belajarnya, kantor pribadinya sekaligus laboratorim keci tempat menuangkan ide dan gagasan cemerlang. Ia menguasai dan merekayasa teknologi antena selular yang kala itu belum berkembang, masih berupa HT.
Begitulah anak-anak peradaban belajar untuk menjadi besar. Semoga itu semua menjadi amal jariyah dan ilmu nafi'ah yang mengalir tiada henti.
Allahu A'lam bish shawab
WARNING !
Orang yang melewati satu hari dalam
hidup nya tanpa ada suatu hak yang
ia tunaikan atau suatu fardhu yang
ia lakukan atau kemuliaan yang ia
tanamkan atau ilmu yang ia
dapatkan, maka ia telah durhaka
kepada harinya dan menganiaya
terhadap dirinya.
(Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Al Waqtu
fi Hayatil Muslim, hlm.13)
jangan ada kekosongan
dalam hidup kita,
karena kekosongan bisa
membinasakan.
Ada tiga macam kekosongan yang
kita harus senantiasa waspada :
- Kekosongan akal
- Kekosongan hati
- Kekosongan jiwa
Komentar
Posting Komentar