Langsung ke konten utama

7.1 - BELAJAR MENJADI BESAR

 Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller  "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"

Penulis - Solikhin Abu Izzudin

╼╾

Al Mutanabbi mengatakan, "Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar. Di mata orang-orang kerdil, masalah-masalah sepele menjadi besar. Bagi yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat kecil." (Gatra, 4 Maret 1995)

Sidang pembaca. Kita orang biasa dengan segala keterbatasan yang ada. Untuk menjadi besar kita bisa lebih banyak belajar justru dari lapangan. Menurut Syaikh Mustafa Mahsyur, dalam bukunya Zaadud Da'wah, kalau kita belajar dakwah sebenarnya dari buku atu literatur yang bisa dituliskan hanya 20 persen. Selebihnya, yang 80 persen, kita dapatkan di lapangan.

Menurut Reza M.Syarif kampus abadi untuk kita bisa belajar ada di terminal, pasar, jalanan dan warung-warung kopi. Imam Hasan Al Banna memulai dakwahnya yang kini mendunia juga dari warung kopi.

Ehma Ainun Najib juga banyak "belajar" di kampus terminal. Tepatnya di Njomplangan atau teteg sepur dekat stasiun Jombang. Ia pernah diajar oleh tukang becak karena pilih-pilih bis yang mau dinaiki ke dengan cara berbohong. Semua bis distop. Kalau ternyata ke Kediri atau Ponorogo, ia jujur bilang "Ke Yogya". Kalau yang lewat adalah bis ke Yogya tapi bukan favoritnya, maka ia berbohong "ke Ponorogo."

Lama kelamaan akhirnya pun diguyur hujan berkepanjangan. Maka tukang becak pun nyeletuk, "inilah hukuman bagi orang yang berbohong."

Itulah fakta. Ilustrasi nyata hidup kita. Pelajaran berharga. Maka belajarlah untuk belajar dari lingkungan sekitar. Lakukan perubahan besar untuk menjadi pribadi besar. Seperti Imam Syahid Hasan Al Banna yang memulai dakwahnya di warung-warung kopi. Bukan di masjid. Why ? Karena di warung kopilah saat itu banyak orang berkumpul. Sedangkan di masjid sepi orang.

Itulah munculnya kreasi dan inovasi. Tak terkecuali dalam mengarungi hidup ini. Lingkungan dan alam sekitar adalah media belajar yang tak ada habisnya, kecuali kalau kiamat sudah digelar. Lalu mengapa kita tidak belajar menjadi besar ?

Saudaraku, bila kita sadar, awal perubahan besar itu bila kita berpikir besar. Kita tak menjadi besar bila kita berpikir besar. Kita tak menjadi besar bila kita disibukkan oleh perkara-perkara remeh. Kita hina bila kita menghamba pada alam fana. Kita mulia bila menyandarkan pada pemilik semesta.

Al Mutanabbi mengatakan. "Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar. Di mata orang-orang kerdil, masalah-masalah sepele menjadi besar. Bagi yang berjiwa besar, masalah-masalah besar terlihat kecil." (Gatra, 4 Maret 1995)

Saatnya kita mulai berpikir besar, berjiwa besar, bervisi besar untuk meraih kebahagiaan yang lebih besar. Allah sudah menyediakan lahan di surga yang begitu luas. Menurut HM. Anis Matta tergantung bagaimana kita mendesain rumak kita di surga. Kalau kemampuan kita kecil, meski disediakan lahan yang besar, maka kita pun hanya mampu membangun rumah yang kecil.

Orang-orang besarlah yang mampu melihat setiap waktunya sebagai momentum untuk "mendesain rumahnya" di surga. Hal itu membutuhkan sensitifitas iman yang besar. Contoh yang tak pernah habis adalah Abu Bakar. Setiap waktu baginya momentum untuk berprestasi besar. Dengan bekal iman yang dimiliki ia langsung "bergerak" untuk berinvestasi. Begitu masuk Islam, langsung ia mengajak orang lain ke barisan Islam Mayoritas sahabat yang dijamin masuk surga, masuk Islam lewat "tangan dingin" Abu Bakar. Tak cukup di situ Abu Bakar selalu menggunakan momentum sebaik-baiknya. Dalam riwayat Ibnu Huzaimah disebutkan :

Pada suatu pagi dihadapan para sahabatnya Rasulullah Sholallahu 'alayhi wa sallam bersabda, 

"Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa ?"

Abu Bakar rodhiyallahu 'anhum berkata,

"Saya".

"Siapakah di antara kalian yang pada pagi hari ini telah memberi makan orang miskin? Tanya Rasulullah.

"Saya", Jawab Abu Bakar.

Rasulullah bertanya lagi,

"siapakah diantara kalian yang pada pagi hari ini menjenguk orang yang sakit ?"

Abu Bakar kembali menjawab,

"Saya".

Rasulullah bertanya,

"Siapakah di antara kalian yang hari ini telah mengantarkan jenazah ?"

(Lagi-lagi) Abu Bakar menjawab,

"Saya."

Rasulullah Sholallahu 'alayhi wa Sallam bersabda.

"Tidaklah amalan-amalan ini terkumpul dalam diri seseorang kecuali ia akan masuk surga."

(dari Ibnu Khuzaimah dalam shahihnya)

Puncaknya ketika terjadi kemurtadan dan deklarasi Nabi palsu, maka Abu Bakar dengan gagah berani memerangi para pengkhianat ini. Abu Bakar pribadi lembut yang gemar menangis dalam shalat-shalatnya ternyata menyimpan kekuatan besar yang tak tertandingi. Sehingga dia dikategorikan orang terbaik setelah para Nabi.

Maka lewat buku ini semoga bisa membuka mata hati, menghadirkan inspirasi, untuk menyusun strategi, menyiapkan bekal abadi untuk meraih kebahagiaan hakiki di akhirat nanti. Penulis berharap buku ini bisa memberi ruh baru bagi kita bahwa setiap adalah momentum untuk berprestasi. Jangan dibiarkan waktu berlalu tanpa kita mengisi dengan amal islami. Mengapa kita tidak segera menata siri dan menata waktu-waktu yang ada ini agar bermanfaat menjadi amal jariyah, di dunia dan di akhirat ?Mengapa kita sering membiarkan momentum berlalu tanpa prestasi bermutu ? Karenanya zerokan diri 'tuk menjadi hero dengan prestasi.

Damba Cinta - Mu

Tuhanku, ampunkanlah segala dosaku

Tuhanku, maafkanlah kejahilan hamba-Mu

Kusering melanggar larangan-Mu

Dalam sadar ataupun tidak

Kusering meninggalkan suruhan-Mu

Walau sadar aku milik-Mu


Tuhanku, ampunkanlah segala dosaku

Tuhanku, maafkanlah kejahilan hamba-Mu

Bilakah diri ini kan kembali

Kepada fitrah sebenar

Pagi kuingat petang kulupa

Begitulah silih berganti


Oh Tuhanku Kau pimpinlah diri ini

Yang mendamba cinta-Mu

Aku lemah aku jahi; tanpa pimpinan dari-Mu

Kau pengasih Kau penyayang Kau pengampun

Kepada hamba-hamba-Mu

Selangkahku kepada-Mu seribu langkah Kau padaku


Kusering berjanji di hadapan-Mu

Ku sering jua memungkiri

Ku pernah menangis kerana-Mu

Kemudian ketawa semula

Ku takut kepada-Mu

Ku mengharap jua pada-Mu


Moga ku kan selamat dunia dan akhirat

Seperti Rasul dan sahabat

Tuhan diri ini tidak layak ke surga-Mu

Tapi tidak pula aku sanggup ke neraka-Mu

 


Next Episode → 7.2 - BELAJAR MENJADI BESAR || BELAJAR DARI ORANG BIASA YANG LUAR BIASA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 22 - TAKUT KEPADA ALLAH

السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Diantara keyakinan seorang muslim, bahwa manfaat dan mudhorot adalah di tangan Allah semata. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah.     Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri dihadapan Allah, mengagungkan-Nya dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya.     Bukan takut yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap Rahmat Allah dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah.      Takut seperti ini adalah ibadah, tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allah, barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah terjerumus kedalam syirik besar yang dapat men...

HSI-SILSILAH 05 - HALAQOH 14 - Tanda-Tanda Besar Dekatnya Hari Kiamat

 السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ Tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat adalah 10 tanda menjelang datangnya hari kiamat. Yang apabila sudah muncul 10 tanda tersebut, maka akan terjadilah hari kiamat. Tanda-tanda besar tersebut apabila muncul satu, maka akan segera diikuti oleh yang lain. Suatu saat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat para Shahābat sedang saling berbicara.      Maka Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian bicarakan?”      Merekapun menjawab, “Kami sedang mengingat hari kiamat.”      Maka, Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ “Sesungguhnya tidak akan bangkit hari kiamat tersebut sampai kalian melihat sebelumnya 10 tanda-tanda.” Kemudian Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam menyebutkan 10 tanda tersebut. Asap Dajjal Daabbah (seekor hewan melata) Terbitnya...

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 19 - BERSUMPAH DENGAN SELAIN NAMA ALLAH

  السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته   ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang dinamakan baik oleh yang berbicara maupun yang di ajak bicara.     Kalau bahasa arab makan menggunakan huruf 'و' atau 'ب' atau 'ت' adapun bahasa indonesia maka menggunakan kara 'demi'.     Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah semata, misalnya dengan mengatakan : ' Wallahi ' , Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Dan lain-lain.     Adapun makhluk, bagaimanapun agungnya di mata manusia, maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya. Misalnya dengan mengatakan ; Demi Rasulullah, Demi Ka'bah, Demi Jibril, Demi langit dan bumi, Demi bulan dan bintang, Dan lain-lain.     Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluk yang terlarang.     Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa S...