Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
Fokuskan Diri Untuk Meraih Cita
Sering saya teringat pada sebuah nasyid dari The Dzikr, judulnya Diantara Dua Cinta. Syairnya begini nih :
Apa yang ada jarang disyukuri
Apa yang tiada sering dirisaukan
Dunia ibarat air laut
Diminum hanya menambah haus ...
Kita mesti memiliki prioritas dan fokus dalam hidup kita. Fokuskan pada kekuatan, pada apa yang kita miliki untuk mampu mendahsyatkan potensi meraih prestasi. Seperti kaca pembesar yang mengumpulkan sinar pada satu titik untuk dapat membakar.
Kita mesti menyadari bahwa setiap kita memiliki keterbatasan-keterbatasan. Namun di balik keterbatasan itulah tersimpan kelebihan. Bila kita berpikir positif, sesungguhnya dengan keterbatasan itulah seseorang bisa "bersyukur" untuk meledakkannya menjadi keluarbiasaan. Bagaimana bisa?
Kuncinya adalah selalu bersyukur sehingga selalu fokus pada apa yang dimiliki. Menikmati apa yang ada, bukan meratapi apa yang tiada atau hilang dari genggaman tangan kita. Kita tak selalu bisa men-dapatkan apa yang kita miliki. Karenanya fokuskan pada apa yang ada. Jangan risau pada yang tiada. Bersyukurlah. "Nikmat itu seperti hewan buruan yang mudah lepas, maka ikatlah nikmat itu dengan banyak bersyukur" demikian nasihat Umar bin Abdul Aziz.
Mari kita renungkan. Orang buta bila ia bersyukur, ternyata ia lebih bisa menghafal Al-Qur'an karena matanya tak sempat banyak melakukan maksiat. Dengan modal itulah ia bisa lebih fokus, menggunakannya untuk lebih banyak beribadah seperti Abdullah Ibnu Ummi Maktum. Juga seperti Ismail Prawirakusuma, mahasiswa tunanetra yang berpartisipasi hafidz Qur'an.
"Suatu hal yang amat saya syukuri, saya bisa hafidz Qur'an. Semua berawal dari keinginan mengobati kesedihan. Sewaktu terus-menerus diam diam dalam rumah tak lama setelah kebutaan, saya sering menghafal Al-Qur'an. Lantas sewaktu ke Cirebon, saya menghafal sampai lima juz. Setelah itu seorang teman menghadiahi kaset 30 juz. Saya belajar dengan cara mendengarkan.
Kalau ada kalimat yang sulit barulah saya membaca Al-Qur'an Braile. Saat menjadi guru TPA. Alhamdulillah, akhirnya selesai 30 juz, walau tidak selancar orang yang dibimbing khusus." (Tarbawi edisi 93. Th.6/ Rajab 1425 H/ 16 September 2004)
Itu satu contoh dan bila ia dapat bersyukur serta mampu menggali potensinya dengan baik. Karenanya bagi yang sehat, tidak buta serta tidak cacat, tentu harus lebih bersyukur, agar Allah tidak mencabut nikmat yang diberikan.
Orang miskin. Di balik kekurangannya ia bisa lebih banyak menyibukkan dri dalam taqarrub ilallah. Karena hatinya tidak terlalu disibukkan dengan urusan harta duniawi yang menyita perhatian dan perhitungan. Orang miskin kalau bersabar dan bersyukur tetap bisa menjaga keistiqomahan dirinya karena tak sempat "neko-neko" untuk melakukan maksiat. Berbeda dengan orang kaya, kesempatan untuk maksiat terbuka lebar. Segalanya mudah. Di sinilah perlunya dikembangkan fokus hidup kita : dunia atau akhirat.
Apalagi kalau kaya, kalau fokus sudah jelas, kekayaan pun bisa menjadi berkah seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Affan, Abu Thalhah Al Anshari, Suhaib Ar Rumi. Mereka para konglomerat, tapi hidup mereka fokus ke akhirat. Terhadap dunia hati mereka tak terlalu terpikat.
Anda gadis lajang, sudah berumur, tapi belum menikah? Sebaiknya, Kerenkan diri sambil menanti pujaan hati, afwan agak beda nih dari slogannya Salim A.Fillah. Atau kalau "Bila Hati Rindu Menikah" ya baca aja bukunya Mas Udik Abdullah.
Maka di manapun posisi kamu, jangan terlalu gelisah, tetapi berpikir positiflah, tetaplah bahagia . Mengapa? Bila Anda belum menikah barangkali ada banyak aktifitas yang bisa dilakukan di masa lajang Anda. Karena ada lho orang yang telat menikah bisa saja karena di sibukkan oleh studinya, karena ingin membiayai adik-adiknya, dan banyak peran sosial yang dijalaninya. Kuncinya, fokuskan apa yang ada untuk berprestasi yang terbaik, ahsanu amala.
"Dialah Allah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu siapakah diantara kamu yang paling baik amalnya." (Qs. Al-Mulk :2)
Karena hidup adalah ujian untuk merangking hamba-Nya yang pilihan, tingkatkan diri dengan memperbanyak rating agar banyak diberi kemudahan dari-Nya.
Bagaimana kita latihan fokus? Lewat shalat. Fokus berarti konsenstrasi. Mengarah kepada satu titik. Fokus dalam shalat berarti berlatih khusyuk sehingga shalat dapat dinikmati dan dapat memberikan nilai lebih. Shalat yang dinikmati tentu akan mampu menyehatkan hati, menyibak potensi, menghadirkan solusi, mencegah diri dari perbuatan yang menghinakan diri. Allah berfirman,
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' " (Qs. Al-Baqarah : 45)
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Qs. Al-Baqarah : 153)
" Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah kamu dari perbuatan keji dan munkar." (Qs. Al-Ankabut : 45)
Selain shalat banyak cara untuk fokus. Misalnya thawaf mengitari Ka'bah, tapi bukan model "thawaf mengelilingi mall dan swalayan". Fokus juga bisa dilakukan lewat dzikir, banyak menyebut asma Allah, menyertakan-Nya dalam setiap langkah kita, menjadi pengawas dalam semua bisnis kita, yang menolong setiap jejak-jejak kepahlawanan yang kita rintis di jalan-Nya.
Mengapa fokus penting ?
Kita perlu menyadari nih, bahwa setiap kita memiliki kekhas-an masing-masing sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, "Setiap orang diciptakan menurut bakatnya masing-masing."
Nah betul 'kan kalau fokus ini memang penting? Contohnya Hasan bin Tsabit ia tak pandai melantunkan adzan, karena ia bukan Bilal. Khalid bin Walid tidak pintar membagi warisan karena ia memang bukan Zaid bin Tsabit yang pakar di bidang faraid. Imam Sibawaih yang pakar Nahwu merasa gundah saat belajar ilmu hadits karena ia bukan Imam Bukhari yang siap berhari-hari menempuh perjalanan panjang demi mendapat sebuah hadits untuk diseleksi.
Nah sekarang fokuskan diri untuk meraih prestasi. Seorang suami fokus untuk membahagiakan istri dan anak-anaknya dengan mencari harta yang halal. Seorang pemimpin fokus dalam mengemban amanahnya dan tidak berfikir mengkhianati jabatan yang dipikulnya.
Seorang prajurit fokus memikul tanggung jawab bela negara bukan menangkapi saudaranya sendiri. Seorang wanita fokus untuk bakti kepada Allah dan suaminya sehingga menjadi bidadari di akhirat nanti. Seorang pemuda fokus meniti karir suksesnya dan menjauhkan diri dari tipudaya dunia, tahta dan wanita.
╼◀▶╾
Komentar
Posting Komentar