Langsung ke konten utama

RIYADHUSH SHALIHIN - BAB IKHLAS DAN MENGHADIRKAN NIAT DALAM SEGALA PERBUATAN, PERKATAAN, DAN KEADAAN, BAIK YANG NAMPAK MAUPUN YANG TERSEMBUNYI

Referensi penjelasan detail :

~~~~~~~~

    Allah Ta'ala berfirman :

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ۝٥

"Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan²⁴ agama (ketaatan) kepadaNya juga menjadi orang-orang yang lurus,²⁵ dan juga agar mendirikan shalat dan menunaikkan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (Qs. Al-Bayyinah : 5).

___²⁴ Saya katakan, Dalam ayat ini terdapat dalil wajibnya niat dalam seluruh ibadah, baik ibadah tersebut memang tujuan utama seperti shalat misalnya, maupun hanya sebagai perantara untuk ibadah lainnya seperti bersuci. Hal itu karena ikhlas tidak mungkin terjadi tanpa niat. Ini adalah madzhab mayoritas ulama, dan inilah yang benar, yang tidak ada keraguan tentangnya.

___²⁵ Yakni bertauhid dan berpaling dari seluruh agama menuju agama Islam.

    Allah Ta'ala juga berfirman :

نْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ

"Daging-daging (hewan kurban) dan darahnya itu tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepadaNya adalah ketakwaan dari kalian".²⁶ (Qs. Al-Hajj : 37)

___²⁶ Ibnu Juraij berkata, "Dahulu orang-orang Jahiliyah biasa melumuri Baitullah dengan daging darah unta, maka para sahabat Nabi Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam berkata, 'Tentunya kita lebih berhak untuk melumuri Baitullah'. Maka Allah menurunkan ayat ini". Dan makna "sampai kepada Allah" adalah Allah menerima hal itu dan memberinya balasan, sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir.

    Dan Allah 'Azza Wa Jalla juga berfirman,

قُلْ اِنْ تُخْفُوْا مَا فِيْ صُدُوْرِكُمْ اَوْ تُبْدُوْهُ يَعْلَمْهُ اللّٰهُۗ 

"Katakanlah 'Jika kalian menyembunyikan apa yang ada dalam hati kalian atau kalian menampakkannya, Allah pasti mengetahuinya'." (Qs. Ali Imran : 29)

(1) Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin al-Khaththab bin Naufal bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib al-Quraisy al-Adawi Rodhiyallahu 'Anhu, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ, وَإِنَّمَالِكُلِّ امْرِئٍ مَانَوَى, فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى الله وَرَسُوْلِهِ, وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا, أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَا جَرَإِلَيْهِ

"Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung dengan niat-niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan. Karena itu, barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa hijrahnya untuk dunia yang ingin dia raih, atau untuk wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia berhijrah karenanya".

Hadits ini telah disepakati keshalihannya. Diriwayatkan oleh dua imam para ahli hadits, yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari dan Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi. Semoga Allah meridhai keduanya terhadap kitab keduanya yang merupakan karya tulis paling shahih.

(2) Dari Ummul Mukminin, Ummu Abdullah, Aisyah Rodhiyallahu 'Anha, beliau berkata, Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda,

يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوْا بِبَيْدَاءَ مِنَ الْأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَاخِرِهِمْ . قَالَتْ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ الله, كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَاخِرِهِمْ وَفِيْهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ ؟ قَالَ : يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَاخِرِهِمْ, ثُمَّ يُبْعَثُوْنَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ

"Ada satu pasukan menyerbu Ka'bah, maka tatkala mereka berada di tanah lapang,²⁷ mereka dibenamkan ke bumi, dari awal pasukan hingga akhirnya". Aisyah berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana dibenamkan dari awal hingga akhir mereka, padahal di tengah-tengah mereka ada pasar-pasar²⁸ mereka dan orang-orang yang bukan dari mereka ?' Beliau menjawab, 'Dibenamkan dari awal hingga akhir mereka kemudian mereka dibangkitkan berdasarkan niat-niat mereka'." Mutaffaq 'alaih dan ini adalah lafazh al-Bukhari.

___²⁷ Tanah Datar yang tidak ada apa-apanya.

___²⁸ Maksudnya, orang-orang yang ada di pasar-pasar mereka dan orang-orang awam atau orang-orang sipil. Dalam sebuah hadits disebutkan,

مَنْ كَثَرَ سَوَادَ قَوْمِ فِيْ الْمَعْصِيَةِ مُخْتَارًا فَإِنَّ الْعُقُوْبَةَ تَلْحَقُهُ

"Barangsiapa yang memperbanyak kumpulan orang yang berada dalam kemaksiatan secara suka rela, maka hukuman bisa mengenainya".

Dalam hadits ini terdapat peringatan untuk tidak menemani orang-orang yang melakukan perbuatan maksiat dan orang-orang zhalim, dan bahwa amal itu diukur berdasarkan niat pelakunya.

___

(3) Dari Aisyah Rodhiyallahu 'Anha, beliau berkata, Nabi Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda,

لاَهِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ, وَلكنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ, وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوْا

"Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, akan tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika kalian diminta berangkat,²⁹ maka berangkatlah". Muttafaq 'alaih.

___²⁹ Yakni, diminta berangkat untuk berjihad dan semacamnya.

Artinya, tidak ada lagi hijrah dari Makkah, karena Makkah telah menjadi Darul Islam (negeri Islam).

(4) Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah al-Anshari Rodhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata, Kami pernah bersama Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam dalam sebuah peperangan, maka beliau Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda,

إِنَّ بِالْمَدِيْنَةِ لَرِجَالاً مَا سِرْتُمْ مَسِيْرًا, وَلاَقَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلَّاكَانُوْا مَعَكُمْ, حَبَسَهُمْ الْمَرَضُ

"Sesungguhnya di Madinah terdapat orang-orang yang mana kalian tidak menempuh sebuah jalan dan tidak melintasi sebuah lembah, melainkan mereka bersama-sama kalian, mereka dihalangi oleh sakit".

Dalam sebuah riwayat,

إِلَّا شَرَكُمْ كُمْ فِيْ الْأَجْرِ

"Melainkan mereka bersekutu dengan kalian dalam pahala". Diriwayatkan oleh Muslim.

(5) Al-Bukhari meriwayatkannya dari Anas Rodhiyallahu 'Anhu, beliau berkata, Kami pulang dari perang Tabuk bersama Nabi Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam, maka beliau bersabda,

إِنَّ أَقْوَامًا خَلْفَنَا ³⁰ بِالْمَدِيْنَةِ, مَا سَلَكْنَا شِعْبًا وَلَا وَادِيًا إِلَّا وَهُمْ مَعَنَا, حَبَسَهُمْ الْعُذْرُ

"Sesungguhnya ada orang-orang di belakang kita di Madinah, yang tidaklah kita melintas jalan di pegunungan dan juga tidak melintasi lembah, melainkan mereka bersama-sama kita, mereka tertahan oleh udzur".

___³⁰ خَلْفَنَا bermakna وَرَاءَنَا "di belakang kita", atau bisa juga dengan mentasydidkan lam خَلَّفْنَا yang bermakna "kita tinggalkan". Sedangkan اَلشِّعْبُ maknanya adalah jalan di pegunungan.

(6) Dari Abu Yazid Ma'an bin Yazid bin al-Akhnas Rodhiyallahu 'anhum, karena bapak dan kakeknya adalah sahabat, beliau berkata,

كَانَ أَبِيْ يَزِيْدُ أَخْرَجَ دَنَانِيْرَ يَتصَدَّقُ بِهَا, فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ فِيْ  الْمَسْجِدِ, فَجِئْتُ فَأَخَذْتُهَا. فَقَالَ : وَاللهِ مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ, فَخَاصَمْتُهُ إِلَى رسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيْدُ, وَلَكَ مَا أَخذْتَ يَا مَعْنُ

"Bapakku, Yazid pernah mengeluarkan beberapa keping uang dinar untuk dia sedekahkan. Lalu dia menitipkannya kepada seseorang di masjid. Kemudian aku mengambilnya, lalu aku datang kepada bapakku dengan membawanya. Maka bapakku berkata, 'Demi Allah, bukan kamu yang aku inginkan'. Maka aku memperkarakannya kepada Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam, maka beliau bersabda, 'Bagimu apa yang telah engkau niatkan, wahai Yazid, dan bagimu apa yang telah engkau ambil, wahai Ma'an'." Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

(7) Dari Abu Ishaq Sa'ad bin Abi Waqqash, Malik bin Uhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay al-Quraisy az-Zuhri, salah satu dari sepuluh orang yang telah dijamin oleh Rasulullah menjadi ahli surga,³¹ Rodhiyallahu 'Anhum, beliau berkata,

جَاءَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم يَعُوْدُنِيْ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ مِنْ وَجَعٍ اِشْتَدَّبِيْ, فَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ, إِنِّيْ قَدْ بَلَغَ بِيْ مِنَ الْوَجَعِ مَاتَرَى, وَأَنَاذُوْ مَالٍ وَلَا يَرِثُنِيْ إِلَّا ابْنَةٌ لِيْ, أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَا لِيْ ؟ قَالَ : لَا, قُلْتُ : فَالشَّطْرُيَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : اَلثُّلُثُ كَثِيْرٌ -- أَوْ كَبِيْرٌ -- إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُوْنَ النَّاسَ, وَإِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيْ بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِيْ فِيْ امْرَأَتِكَ, قَالَ : فَقَلْتُ : يَا رَسُوْلَاللهِ, أُخَلَّفُ بَعْدَ أَصْحَابِيْ ؟ قَالَ : إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ فَتَعْمَلُ عَمَلاً تَبْتغِي بِهِ وَجْهَ اللهِ إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً وَلَعَلَّكَ أَنْ تُخَلَّفَ حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقَوْامٌ وَيُضَرَّبِكَ اخَرُوْنَ. اَلَّلهُمَّ أَمْضِ لِأَصْحَابِيْ هِجْرَتَهُمْ, وَلَا تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِم, لكِنِ الْبَائِسُ سَعْدُ بْنُ خَوْلَةَ يَرْ ثِي لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صلي الله عليه وسلم أَنْ مَاتَ بِمَكَّةَ

"Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam datang menjengukku pada tahun haji wada' karena sakitku yang parah. Maka aku berkata, 'Wahai Rasulullah, sakit yang aku derita telah sampai pada kondisi seperti yang Anda lihat, sementara aku adalah orang yang kaya dan tidak memiliki ahli waris, kecuali putriku seorang, maka apakah boleh aku bersedekah dengan dua pertiga hartaku?' Beliau menjawab, 'Tidak'. Aku bertanya, 'Separuhnya wahai Rasulullah ?' Beliau menjawab, 'Sepertiga, dan sepertiga itu banyak--atau besar--, sesungguhnya kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan fakir, di mana mereka menengadahkan tangan mereka (meminta-minta) kepada orang-orang. Sesungguhnya engkau tidak mengeluarkan sebuah nafkah yang dengannya engkau mencari Wajah Allah, melainkan engkau diberi pahala karenanya, termasuk apa yang engkau suapkan ke mulut istrimu'. Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah aku akan ditinggal (di Makkah) setelah sahabat-sahabatku (pulang ke Madinah bersama Anda) ?' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya engkau tidak akan ditinggal lalu engkau melakukan amalan demi mencari Wajah Allah melainkan karenanya engkau bertambah satu derajat dan ketinggian. Barangkali engkau akan diberi umru panjang, sehingga beberapa kaum bisa mengambil manfaat darimu dan kaum yang lain tertimpa mudarat karenamu. Ya Allah, tetapkan untuk sahabat-sahabatku hijrah mereka dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke belakang. Akan tetapi, yang kasihan adalah Sa'ad bin Khaulah'. Rasulullah mengasihaninya karena dia meninggal di Makkah". Muttafaq 'alaih.

___³¹ Maksudnya, yang disebut langsung dalam satu hadits. Adapun orang-orang yang dijamin oleh Rasulullah sebagai ahli surga dengan menyebut nama-nama mereka atau sifat-sifat mereka, maka jumlahnya lebih banyak lagi.

(8) Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr Rodhiyallahu 'Anhu, beliau berkata, Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَا مِكُم, وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ, وَلكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ [وَأَعْمَالِكُمْ]

"Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada jasad-jasad dan wajah-wajah kalian, akan tetapi Dia memandang kepada hati {dan amal-amal} kalian". Diriwayatkan oleh Muslim.³²

___³² 

Saya berkata, Dalam salah satu riwayat Muslim dan lainnya terdapat tambahan, وَأَعْمَالَكُمْ "Dan amal-amal kalian". Ia telah ditakhrij dalam Ghayah al-Maram fi Takhrij al-Halal wa Al-Haram, no. 410. Tambahan ini sangat penting, karena (jika) tanpanya, maka orang-orang akan memahami hadits ini secara salah. Bila Anda memerintahkan orang-orang untuk menjalankan perintah syariat yang penuh hikmah seperti membiarkan jenggot, tidak meniru orang-orang kafir, dan beban-beban syar'i lainnya, maka mereka akan menjawab Anda dengan mengatakan bahwa yang penting adalah apa yang ada di dalam hati, dan mereka berhujjah-menurut anggapan mereka-dengan hadits ini tanpa mengetahui tambahan yang shahih ini, yang menunjukkan bahwa Allah Tabaraka wa Ta'ala juga melihat kepada amal-amal perbuatan mereka, bila ia baik, maka Allah menerimanya, tetapi bila sebaliknya, maka Allah menolaknya dari mereka, sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh beberapa nash syariat, seperti ucapan Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam,

مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَالَيْسَ مِنْهُ فَهُوَرَدٌّ

"Barangsiapa yang membuat ajaran baru dalam urusan (agama) kami yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak". ³²

Sejatinya tidak mungkin terwujud kebaikan hati tanpa kebaikan amal perbuatan, tidak mungkin terwujud kebaikan amal perbuatan tanpa kebaikan hati. Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam telah menjelaskan hal ini dalam penjelasan yang terbagus dalam hadits an-Nu'man bin Basyir,

أَلَا وَإِنَّ فِيْ الْجَسَدِ مُضْغَةً, إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلَّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ, أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

"Ketahuilah, bahwa dalam jasad ada sepotong daging yang bila ia baik, maka jasad seluruhnya menjadi baik, dan bila ia rusak, maka seluruh jasad menjadi rusak pula, ketahuilah bahwa ia adalah hati". (Hadits no. 593)

Hadits lainnya,

لَتُسَوُّنَّ صُفُوْفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوْهِكُمْ

"Hendaklah kalian meluruskan shafshaf kalian atau (jika tidak) Allah akan membuat wajah-wajah kalian berbeda-beda". Yakni hati-hati kalian. (Hadits no. 1096).

Dan Hadits,

إِنَّاللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

"Sesungguhnya Allah Mahaindah, mencintai keindahan".

Hadits ini hadir untuk keindahan materiil yang disyariatkan, tidak sebagaimana yang dikira oleh banyak kalangan. Lihat hadits no. 617.

Bila Anda mengetahui hal ini, maka termasuk kesalahan fatal yang saya lihat dalam buku, Riyadh ash-Shalihin, di semua naskahnya, baik yang tercetak maupun yang masih dalam bentuk manuskrip yang saya ketahui, adalah bahwa tambahan tersebut telah penulis susulkan pada hadits no. 1578, namun pena beliau atau pena penulisnya terpeleset lalu meletakkannya di sebuah tempat yang merusak makna, hingga yang tertulis adalah,

وَلَا إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ, وَلكِنْ يَنْظُرُ ....

"... tidak pula (melihat) kepada wajah kalian amal-amal kalian, akan tetapi melihat ..."

Hal ini terjadi pada semua penerbit, pentashhih dan pemberi catatan, saya tidak mengecualikan dari hal ini tashhih cetakan al-Miriyah dan lainnya, bahkan ia terjadi pada persyarahnya, Ibnu Allan sendiri, dimana beliau mensyarah hadits secara terbalik. Beliau berkata 4/406, "Yakni Allah Ta'ala tidak mengaitkan pahala kepada besarnya jasad, keindahan rupa, dan banyaknya amal perbuatan". Kekeliruan syarah ini tidaklah jasad, keindahan rupa, dan banyaknya amal perbuatan". Kekeliruan syarah ini tidaklah samar, karena disamping ia bertabrakan dengan hadits itu sendiri dalam lafazhnya yang shahih, ia juga bertentangan dengan nash-nash yang banyak dari al-Qur'an dan as-Sunnah yang menunjukkan bahwa perbedaan derajat para hamba di surga kembali kepada amal shalih mereka; banyak dan sedikitnya. Di antara dalil-dalil yang berkata demikian adalah Firman Allah Ta'ala,

{وَلِكُلِّ دَرَجَتٌ مِّمَّا عَمِلُوْا}

"Dan masing-masing orang memperboleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya". (Qs. Al-An'am : 132)

Juga FirmanNya dalam hadits qudsi,

يَا عِبَادِيْ, إِنّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيْكُمْ إِيَّاهَا, فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِاللهَ

"Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya ia hanyalah amal-amal kalian yang Aku tulis untuk kalian, kemudian Aku membalasnya untuk kalian sesuai dengannya. Maka barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah dia memuji Allah ..." Hadits no. 113.

Bagaimana bisa dinalar, Allah tidak melihat kepada amal perbuatan seperti badan dan jasad, padahal amal perbuatan merupakan dasar masuk surga setelah iman, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman,

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ۝٣٢

"Masuklah kalian ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kalian kerjakan". (Qs. An-Nahl : 32)

Renungkanlah bagaimana taklid menjauhkan pengikutnya dari kebenaran, dan menjerumuskannya ke dalam lembah kesalahan yang dalam, dan itu tidak lain adalah karena mereka berpaling dari as-Sunnah dengan tidak mengkajinya dari kitab-kitab induknya yang dijadikan sandaran lagi shahih. Hanya Allah-lah yang layak dimintai pertolongan.

___

(9) Dari Abu Musa Abdullah bin Qais al-Asy'ari Rodhiyallahu 'Anhu, beliau berkata,

سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الرَّجُلِ يُقَاتِلُ شَجَاعَةً, وَيُقاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ رِيَاءً, أَيُّ ذلِكَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ

"Rasulullah Sholallahu 'Alayhi wa Sallam ditanya seorang laki-laki yang berperang karena dorongnya keberanian, berperang karena fanatisme³³, dan berperang karena riya', siapakah yang berada di jalan Allah ? Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda, 'Barangsiapa yang berperang agar kalimat (agama) Allah menjadi yang tertinggi, maka dia berada di jalan Allah'."³⁴ Mutaffaq 'alaih.

___³³  Yakni karena emosional, cemburu, fanatisme keluarga, suku bangsa dan tanah air.

___³⁴ Artinya agama Islam. Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa amal itu dinilai berdasarkan niat yang shalih dan bahwa keutamaan yang disiapkan untuk para mujahidin hanya didapat oleh orang yang motivasinya dalam berjihad adalah untuk meninggikan kalimat Allah.

(10) Dari Abu Bakrah Nufai' bin al-Harits ats-Tsaqafi Rodhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda,

إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُوْلُ فِيْ النَّارِ. قُلْتُ : يَارَسُوْلَاللهِ, هذَاالْقَاتِلُ فَمَابَالُ الْمَقْتُوْلِ ؟ قَالَ : إِنَّهُ كَانَ حَرِيْصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ

"Apabila dua orang Muslim bertemu dengan kedua pedangnya,  maka yang membunuh dan yang dibunuh sama-sama berada dalam neraka". Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, orang yang membunuh (memang pantas masuk neraka), tapi apa dosa orang yang dibunuh ?" Beliau menjawab, "Karena sesungguhnya dia juga sangat berkeinginan untuk membunuh rivalnya itu". Mutaffaq 'alaih.

(11) Dari Abu Hurairah Rodhiyallahu 'anhu, beliau berkata, Rasulullah Sholallahu 'Alayhi Wa Sallam bersabda,

صَلَاةُ الرَّجُلِ فِيْ جَمَاعَةٍ تَزِيْدُ عَلَى صَلَاتِهِ فِيْ سُوْقِهِ وَبَيْتِهِ بِضْعًا وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً, وَذلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ, ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ, لَايُرِيْدُ إِلَّا الصَّلَاةَ, لَايَنْهَزُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ, لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلَّا الصَّلَاةُ, لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلَّا رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ, وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ حتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ, فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِيْ الصَّلَاةِ مَا كَانَتِ الصَّلَاةُ هِيَ تَحْبِسُهُ, وَالْمَلَائِكَةُ يُصَلُّوْنَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِيْ مَجْلِسِهِ الَّذِيْ صَلَّى فِيْهِ, يَقُوْلُوْنَ : اللّهُمَّ ارْحَمْهُ, اللّهُمَّ اغْفِرْلَهُ, اَللّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ, مَالَمْ يُؤْذِفِيْهِ, مَالَمْ يُحْدِثْ فِيْهِ

"Shalat seseorang bersama jamaah mengungguli shalatnya di pasarnya dan di rumahnya dengan dua puluh derajat lebih³⁵. Hal tersebut karena apabila salah seorang mereka berwudhu dan membaguskan wudhunya, kemudian mendatangi masjid hanya karena ingin shalat, tidak ada yang menggerakkannya melainkan shalat, maka dia tidak melangkah dengan satu langkah, kecuali ditinggikan untuknya satu derajat karenanya, dan dihapuskan dari dirinya satu kesalahan karenanya, hingga dia masuk masjid. Apabila dia sudah masuk masjid, maka dia dianggap terus berada dalamm shalat, selama shalat itu yang menahannya, dan para malaikat bershalawat kepada shalat, mereka berdoa, 'Ya Allah, rahmatilah dia, ya Allah ampunilah dia, ya Allah terimalah taubatnya', selama dia tidak mengganggu di dalamnya dan selama dia belum berhadats di dalamya". Mutaffaq 'alaih, dan hal ini adalah lafazh Muslim.

___³⁵ Kata اَلْبِضْعُ boleh dibaca dengan mengkasrahkan ba' dan boleh juga memfathahkannya اَلْبَضْعُ , artinya angka antara tiga hingga sembilan.

Sabda Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam "يَنْهَزُهُ" dengan ya' dan ha' difathah lalu zay, artinya, mengeluarkannya dan membangkitkannya.

(12) Dari Abu al-Abbas Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib Rodhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam dalam sebuah hadits yang beliau riwayatkan dari TuhanNya Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, Dia berfirman,

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً, وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمَائِةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ, وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كاَمِلَةً, وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً

"Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan". Kemudian Dia menjelaskan hal tersebut, "Barangsiapa yang berniat melakukan suatu kebaikan lalu dia tidak melakukannya, maka Allah Tabaraka wa Ta'ala mencatatnya di sisiNya sebagai satu kebaikan sempurna. Dan apabila dia berniat melakukannya kemudian melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai sepuluh kali kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Dan apabila dia berniat melakukan suatu keburukan kemudian tidak melaksanakannya, maka Allah mencatatnya di sisiNya sebagai satu kebaikan. Dan apabila dia berniat melakukannya kemudian dia melaksanakannya, Dan apabila dia berniat melakukannya kemudian dia melaksanakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan saja". Mutaffaq 'alaih.

(13) Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin al-Khaththab Rodhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, Saya mendengar Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam bersabda,

اِنْطَلَقَ ثَلَاَثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ قَبْلَكُمْ حَتَّى اوَاهُمُ الْمَبِيْتُ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوْهُ, فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ, فَقَالُوْا : إِنَّهُ لَا يُنْجِيْكُمْ مِنَ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللهَ تَعَالَى بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ

قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ : اَللّهُمَّ كَانَ لِيْ أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ, وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا, فَنَأَى بِيْ طَلَبُ الشَّجَرِ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوْ قَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ, فَكَرِهْتُ أَنْ أُوْقِظَهُمَا وَأَنْ  أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْمَالًا, فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدِيْ أَنْتَظِرُ اسْتِيْقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُوَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمَيَّ, فَاسْتَيْقظَا فَشَرِبَاغَبُوْقَهُمَا. اَللّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ, فَفَرِّجْ عَنَّامَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ هذِهِ الصَّخْرَةِ, فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ الْخُرُوْجَ مِنْهُ

قَالَ الْاخَرُ : اللّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ.-وَفِيْ رِوَايَةٍ : كُنْتُ أُحِبُّهَا كَأَشَدِّ مَايُحِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ-فَأَرَدْتُهَا عَلَى نَفْسِهَا فَامْتَنَعَتْ مِنِّيْ حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِيْنَ, فَجَاءَتنِيْ فَأَعْطَيْتُهَاعِشْرِيْنَ وَمِائَةَ دِيْنَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّيَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلَتْ, حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا - وَفِيْ رِوَايَةٍ : فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا - قَالَتْ : اِتَّقِ اللهَ وَلَا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ, فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهِيَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِيْ أَعْطَيْتُهَا, اللّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ, فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ الْخُرُوْجَ مِنْهَا. وَقَالَ الثَّالِثُ : اللّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ وَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِيْ لَهُ وَذَهَبَ, فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ, فَجَاءَنِيْ بَعْدَ حِيْنٍ فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللهِ, أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِيْ, فَقُلْتُ : كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ: مِنَ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيْقِ, فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللهِ, لَا تَسْتَهْزِئْ بِيْ, فَقُلْتُ : لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ, فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا, اللّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذلِكَ ابْتَغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ, فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوْا يَمْشُوْنَ

    "Tiga orang dari umat sebelum kalian berangkat, hingga mereka terpaksa bermalam ke sebuah gua, maka mereka pun memasukinya, lalu satu batu besar menggelinding dari atas gunung hingga menutupi mulut gua bagi mereka, maka mereka berkata, 'Sesungguhnya tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian dari batu besar ini, kecuali bila kalian berdoa kepada Allah dengan (bertawassul menyebut) amal-amal shalih kalian'. Salah seorang dari mereka berdoa, 'Ya Allah, aku memilikii dua orangtua yang sudah lanjut usia. Aku tidak pernah mendahulukan keluarga ataupun harta dalam hal memberi minum susu di petang hari sebelum mereka berdua. Suatu hari, aku pergi jauh (dari rumah) guna mencari dedaunan (untuk makanan unta), lantas aku tidak pulang kepada kedua orangtuaku hingga mereka tertidur, lalu aku pun memerah susu untuk keduanya, namun aku mendapati mereka telah tidur, maka aku enggan untuk membangunkan keduanya dan aku juga enggan untuk mendahulukan keluarga ataupun harta³⁶ dalam hal memberi minum susu di petang hari sebelum mereka berdua. Maka aku berdiam diri-sementara gelas susu ada di tanganku-menunggu kedua orangtuaku bangun hingga terbit fajar, padahal anak-anak berteriak-teriak menangis (karena lapar) di kedua kakiku. Kemudian kedua orangtuaku bangun, lalu memiinum jatah minum susu sore hari mereka. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu demi mencari WajahMu, maka bebaskan kami dari himpitan batu raksasa ini'. Maka batu itu pun bergeser sedikit namun mereka belum bisa keluar dari gua.

    Yang lain berdoa, 'Ya Allah, sesungguhnya dulu aku memiliki sepupu perempuan yang merupakan orang yang paling aku cintai'. - Dalam sebuah riwayat, 'Aku mencintainya (dengan cinta) seperti  cinta yang paling dalam dari seorang laki-laki terhadap wanita'. - Maka aku menginginkan dirinya,³⁷ namun dia menolakku, sampai tatkala musim paceklik menghimpitnya, dia datang kepadaku. Aku pun memberinya 120 dinar dengan syarat dia mau menyerahkan dirinya untukku dan dia terpaksa menyetujuinya, hingga tatkala aku telah menguasainya. - Dalam satu riwayat, 'Tatkala aku telah duduk di antara dua kakinya', - dia berkata, 'Takutlah kepada Allah, janganlah kamu merobek cincin³⁸ kecuali dengan haknya'. Maka aku pun pergi meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai dan aku pun pergi meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai dan aku pun membiarkan emas yang telah aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan itu demi mencari WajahMu, maka bebaskan kami dari apa yang sedang menimpa kami ini'. Maka batu itu pun bergeser, namun mereka belum bisa keluar darinya.

    Orang yang ketiga berdoa, 'Ya Allah, aku dulu pernah memperkerjakan para buruh dan aku telah memberikan kepada mereka semua upah mereka, kecuali satu orang yang meninggalkan haknya dan pergi. Maka aku mengembangkan upahnya itu hingga menjadi harta yang sangat banyak. Kemudian setelah berlalu beberapa lama, dia datang lagi kepadaku dan berkata, 'Wahai hamba Allah, bayarkan kepadaku upahku'. Aku berkata, 'Semua yang kamu lihat ini berasal dari upahmu, ada unta, sapi, kambing, dan budak'. Maka dia berkata, 'Wahai hamba Allah, jangan mengejekku'. Aku berkata, 'Aku tidak mengejekku'. Lalu dia mengambil semuanya, dia menggiringnya dan tidak menyisakan sedikitpun. Ya Allah, jika aku melakukan itu semua demi mencari WajahMu, maka lepaskan kami dari apa yang menimpa kami ini'. Maka batu itu bergeser lagi dan mereka pun keluar meneruskan perjalanan".³⁹ Mutaffaq 'alaih

___

³⁶ Yakni budak atau pembantu.

³⁷ Demikian dalam satu naskah. Dalam naskah lain, فَرَا وَدْتُهَا 'Maka aku merayunya', yakni aku meminta darinya apa yang diminta oleh suami dari isrtrinya.

³⁸ Kiasan tentang vagina dan selaput keperawanan. Artinya, "Janganlah engkau merampas kesucianku, kecuali dengan perkawinan".

³⁹ Dalam hadits ini terdapat doa di saat genting, dan tawasul seorang hamba dengan berdoa dengan amal yang shalih, tidak berbeda dengannya tawasul dengan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah, juga dengan doa orang yang shalih. Adapun tawassul dengan dzat para nabi dan wali, maka tidak ada dasar syariatnya, sebaliknya ia bertentangan dengan tawasul yang disyariatkan.

___


☸☸☸☸☸

Sumber; Riyadhush Shalihin, Imam An-Nawawi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 22 - TAKUT KEPADA ALLAH

السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Diantara keyakinan seorang muslim, bahwa manfaat dan mudhorot adalah di tangan Allah semata. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah.     Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri dihadapan Allah, mengagungkan-Nya dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya.     Bukan takut yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap Rahmat Allah dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah.      Takut seperti ini adalah ibadah, tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allah, barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah terjerumus kedalam syirik besar yang dapat men...

HSI-SILSILAH 05 - HALAQOH 14 - Tanda-Tanda Besar Dekatnya Hari Kiamat

 السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ Tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat adalah 10 tanda menjelang datangnya hari kiamat. Yang apabila sudah muncul 10 tanda tersebut, maka akan terjadilah hari kiamat. Tanda-tanda besar tersebut apabila muncul satu, maka akan segera diikuti oleh yang lain. Suatu saat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat para Shahābat sedang saling berbicara.      Maka Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian bicarakan?”      Merekapun menjawab, “Kami sedang mengingat hari kiamat.”      Maka, Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ “Sesungguhnya tidak akan bangkit hari kiamat tersebut sampai kalian melihat sebelumnya 10 tanda-tanda.” Kemudian Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam menyebutkan 10 tanda tersebut. Asap Dajjal Daabbah (seekor hewan melata) Terbitnya...

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 19 - BERSUMPAH DENGAN SELAIN NAMA ALLAH

  السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته   ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang dinamakan baik oleh yang berbicara maupun yang di ajak bicara.     Kalau bahasa arab makan menggunakan huruf 'و' atau 'ب' atau 'ت' adapun bahasa indonesia maka menggunakan kara 'demi'.     Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah semata, misalnya dengan mengatakan : ' Wallahi ' , Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Dan lain-lain.     Adapun makhluk, bagaimanapun agungnya di mata manusia, maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya. Misalnya dengan mengatakan ; Demi Rasulullah, Demi Ka'bah, Demi Jibril, Demi langit dan bumi, Demi bulan dan bintang, Dan lain-lain.     Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluk yang terlarang.     Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa S...