Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
"Jika anak Adam meninggal, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga perkara :
- Shadaqah jariyah,
- Ilmu yang bermanfaat,
- Anak Shalih yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya.
(HR. Muslim)
❖ Happy Ending Full Barokah
"Di dunia ini ada kelezatan surga, barangsiapa tidak merasakannya di dunia ini maka ia pun tak dapat merasakannya di akhirat nanti." (Ibnu Taimiyah)
Mengakhiri tulisan ini, perlu saya sampaikan bagaimana para pahlawan mengakhiri hidupnya, memenej diri atau melakukan tarbiyah dzatiyah untuk menyongsong mati yang ghaib, tiba-tiba dan pasti terjadi.
Kerisauan para pahlawan bukan mempersoalkan kapan matinya, tetapi bagaimana matinya ? Mati itu jelas, tapi kualitas matinya itulah yang penting.
Mari kita belajar untuk merasakan kelezatan iman sebagai kelezatan surga yang dititipkan sementara di dunia. Seperti kata Ibnu Taimiyah, "Di dunia ini ada kelezatan surga, barangsiapa tidak merasakannya di dunia ini maka ia pun tak dapat merasakannya di akhirat nanti."
Seperti Khalid bin Walid. Ia merasakan lezatnya di medan jihad, lebih jihad dan lebih nikmat daripada bermalam pertama dengan seorang gadis. "Sungguh jihadku di medan perang yang dingin dan mencekam lebih aku rindukan daripada malam yang penuh gairah bersama seorang perawan." Luar biasa ? Sudah merasakan keduanya atau minimal salah satunya ? Itu cek nikmat surga yang ada di dunia. Milikilah nikmat surga dengan prestasi yang di desain di dunia.
Oleh karena itu bila kita tak pernah bisa mengecap nikmat surga dengan hak nikmat surga dengan hak di dunia ini, kita perlu berkaca : apa saja yang sudah kita lakukan di dunia ? Jihad tidak, nikah pun tidak ? Lalu apa ?
Barangkali kita terlalu sibuk dengan masalah kita. Rugi dong, nggak ada amal jariyah. nggak bisa menikmati surga. Menurut Syaikh Al-Salmy ini termasuk aib diri ketika hilang kelezatan iman dari perasaan kita saat menjalankan berbagai ketaatan.
Mungkin karena ketaatan itu bercampur riya'. Atau kurang ikhlas pada awalnya, pertengahan atau akhirnya. Atau mungkin meninggalkan salah satu sunnah Rasul Sholallahu 'alayhi wa sallam dalam ketaatan tersebut, sehingga amalannya tidak utuh dan sempurna. Akibatnya ia taat sih taat. tetapi tidak merasa nikmat dan lezat dari Allah.
Terapinya : perbarui terus komitmen pada keikhlasan yang murni, perhatikan dan laksanakan semua sunnah yang terkait dengan ketaatan agar akhir dari pelaksaan itu juga ditutup dengan keikhlasan.
Terakhir, jangan pernah menyimpan keburukan dalam hati kita. "Barangsiapa yang menyembunyikan niat buruk di dalam hatinya, maka ia akan mati dalam keadaan su'ul khatimah". Na'udzubillah.
Saudaraku, selamat jalan menjadi pahlawan dalam semua kehidupan meski di tengah keterbatasan.
Ikhlaskan bila ada kesalahan dalam buku ini.
☸☸☸☸
Komentar
Posting Komentar