Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
6. Aslabuhum Tanzhiman
Aslabuhum Tanzhiman ... merekalah yang paling solid penata organisasinya.
Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (Qs. Ash-Shaff : 4)
Kegagalan itu identik dengan kekacauan dan ketidakterurusan. Contohnya negeri kita. Subur makmur luar biasa. Bukan lautan hanya kolam susu. Sawah dan ladang cukup menghidupimu. Tiada batu tiada rotan kau temui. Tapi, akibat salah urus, negeri kaya raya ini dihuni oleh sebagian besar rakyat muslim yang miskin-miskin. Yang menggelikan, rakyat yang miskin banyak mensubsidi pejabat, pengusaha dan 'penjahat' yang semakin kaya. Lihat saja rakyat antri di pasar-pasar, di loket-loket untuk membayar pajak, menyimpan uang di bank negara tapi oleh 'penjahat kerah putih' dikeruk dengan mudah lewat proposal, proyek fiktif, manipulasi, kolusi dan korupsi.
Benar juga apa kata Ali kalau 'kebenaran tak tertata rapi akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir rapi'. Seorang penumpang bis kalah 'sukses' dengan 'jamaah' copet dan penjambret yang kaya. Seorang pekerja keras kalah sukses dengan pengemis yang punya menajer. Auditor yang jujur kalah olrh mafia peradilan dan angkuhnya tembok kekuasaan. Pelopor jujur malah jadi tertuduh. Korban kriminal malah jadi terdakwa. Saksi jadi tersangka. Sementara pelaku sesungguhnya jadi komprador kelas kakap, dalang semua lanskap. Karena dialah cukong yang pegang biaya.
Bagaimana agar menang ? Bagaimana agar para pahlawan sejati yang memimpin negeri, bukan jadi tukang dorong mobil mogok. Bukankah Allah telah memberi garansi.
"Dan katakanlah : "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (Qs. Al Isra' : 81)
Kunci sukses adalah perngorganisasian kebaikan untuk kemenangan. Mengapa kita tidak belajar dari mereka ? Copet-copet bisa 'sukses' karena organisasinya solid, jibakunya luar biasa. Jaringan curanmor 'sukses' luar biasa, karena ketaatan dan kedisplinan menjaga 'amanah' jaringan mereka. Para koruptor terus berkibar tak bisa ditangkap karena terlalu licin melebihi belut karena jaringannya di birokrasi, aparat dan pengadilan luar biasa. Demikian juga mafia peradilan sering sukses menyulap pelaku dan penuntut kebenaran menjadi terdakwa, dan menganugerahi pelaku kejahatan menjadi 'pahlawan' karena nama mereka yang dicemarkan lalu dibersihkan. Bukankah ini menunjukkan betapa hebatnya dan rapinya organisasi mereka. "Bagaimana para pelaku kejahatan bisa selalu lepas dari hukuman dan penjara ?" Tanyakan pada rumput yang bergoyang dan palu godam yang dipegang. Maka bila mereka bersatu dalam dosa dan kejahatan, mengapa ahlul haq, pahlawan sejati bergerak sendirian dan tak membangun penataan ? Bukankah Allah telah mengingatkan ?
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Qs. Al Anfal : 8)
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya ; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)." (Qs. Al Anfaal : 60)
Sebab, apabila para pahlawan bergerak sendirian, sehebat apapun dia akan mudah sekali dipatahkan, dihabisi dan diperdaya oleh musuh, sehingga terjadilah fitnah dan kerusakan yang besar.
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar." (Qs. Al Anfaal : 73)
Sungguh cerdas benar bila Sayyidina Ali mengatakan "al haq bilaa nizham yaghlibuhul baathil bin nizham ... Kebenaran yang tak terorganisir akan terkalahkan oleh kebathilan yang terorganisir."
Memang sih, bila kita tak mendapatkan keadilan di dunia, kita pasti akan mendapatkannya di akhirat nanti. Pasti. Namun, relakan kita bila di dunia hanya menjadi pecundang abadi gara-gara organisasi yang tidak rapi, kalah rapi sama mafia di Itali ? Kalah solid sama jaringan narkoba. Kalah militan dengan organisasi penyeludupan.
Menjadi sukses dan luar biasa berarti kesuksesan menata barisan, mengatur peran, mengaransemen orkestra berjamaah dalam irama yang indah dan harmoni. Bagaimana seorang "qiyadah sebagai dirijen" mampu menjaga keikhlasan tidak seenak hati menggerakkan, mengacung-ngacungkan dan menunjuk-nunjukkan tangan. Bagaimana para "kader dakwah penabuh gending" mampu mengikuti komando dirijen dengan penuh ketaatan, tidak asal improvisasi semau gue. Itu sangat penting, dan yang paling penting, kesemuanya sama-sama punya gubahan lagu yang sama. Selain itu, dirijen maupun penabuh gending mestinya konsisten dengan lagu yang dimainkan, "Jangan sampai terlena, terbawa, tertawa dan berjoget oleh alunan musik yang dimainkan orang lain."
Begitu penting membangun soliditas karya ini dalam komunitas hidup berjamaah. Karena "mengunyah garam dalam kehidupan berjamaah itu lebih baik daripada menikmati puding dalam kesendirian." "Kekeruhan penataan masih lebih baik daripada kejernihan individu."
Sungguh banyak potensi yang biasa, sangat biasa, kadang bahkan tak ada artinya dan dipandang sebelah mata oleh manusia umumnya, akan menjadi sangat berharga apabila diletakkan dalam kehidupan berjamaah. Bila menurut matematika 1+1 = 2. Menurut ilmu sosial 1+1 bisa = 1, 2, 3, 4 atau malah habis. Tapi menurut luar biasa bila 1+1 = 27, yakni dengan berjamaah, minimal 1 imam dan 1 makmum.
Itulah kedahsyatan hidup berjamaah. Maka gali, temukan, dan ledakkan potensi biasa menjadi luar biasa dengan komitmen dalam berjamaah. Seperti seorang makmum mu'alaf yang baru masuk Islam'. Kalau dia ikut shalat berjamaah dalam shaf yang rapi, meski "roboh-roboh pohon pisang" tapi pahalanya sama dengan sang imam. Tapi jangan terbalik, sudah menjadi aktifis al haq tetapi tak pernah belajar dan meningkatkan diri sehingga menjadi "kader muallaf" abadi.
Aslabuhum Tanzhiman berarti juga percepatan-percepatan kongkrit untuk memperkuat basis struktural kekuatan kebenaran hingga ke level yang paling kecil tingkat paling bawah. Hal menjadikan para pahlawan selalu berada di rel kebenaran, terdata dan tertata potensinya untuk kerja yang besar. Inilah keunggulan manajemen Nabi sehingga tahu detail terhadap kondisi sahabat hingga terpantau yang sakit dan yang hendak nikah tapi tak punya biaya.
Next Episode → 15.9 - BANGUN KESHALIHAN SOSIAL || TUJUH KATA KUNCI (Aktsaruhum Naf'an)
Komentar
Posting Komentar