Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
3. A'maquhum Fikran
A'maquhum Fikran .. merekalah yang paling dalam pemikirannya.
Allah berfirman,
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Qs. Ali Imran : 190-191)
Orang-orang sukses, berprestasi luar biasa karena kedalaman pemikirannya mengambil pelajaran dan ibrah dari sekitarnya. Saat menyalakan api yang menyala, ingatlah kengerian neraka dengan api siksanya yang menyala-nyala. Bila menyaksikan semut yang bergotong-royong, bandingkan dengan perilaku manusia sekarang yang saling egois. Bila menyaksikan perputaran alam semesta, jadikan ia mimbar belajar untuk mengantarkan pribadi menjadi besar. Bila kita membiasakan berpikir, merenungkan, mengamati, maka pikiran terasa menjadi cerdas dan mendalam sehingga mengantarkan pada pemahaman yang rinci, al fahmu ad daqiq. Kefahaman ini akan melembutkan jiwa, memiliki khauf dan raja', rasa takut dan harap secara proporsional. "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Qs. Fathir : 28) Mengapa para ulama lebih takut kepada Allah ? Karena mereka adalah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.
Menjadi besar berarti fikrahnya benar, ide-idenya besar, gagasan penuh nalar, bisa membuka kebaikan dan kebahagiaan bagi orang yang ada di sekitarnya. Ia sibuk mencari dan menggali apa sumbangsih pemikiran yang bisa diberikan. Bicaranya dzikir dan nasehat, diamnya berpikir dan menggali ide-ide segar dan sehat, langkahnya penuh takbir, tasbih dan tahlil mengagungkan allah Yang Maha Besar. Bila orang melihatnya, maka akan bertambah taat dan mengingatkan akan akhirat.
Fikrah adalah hasil dominasi wawasan dan pemikiran. Fikrah yang selalu segar ibarat air yang keluar dari mata air yang jernih, bening, suci dan murni. Sumbernya adalah Al-Qur'an yang kata Alija Izzetbegovic setip membaca Al-Qur'an akan selalu ditemukan hal-hal baru. Atau kata Utsman bin Affan, bila hati itu suci maka ia tidak akan pernah kenyang untuk tilawah Al-Qur'an. Kita bisa belajar dari penemu metode belajar cepat baca Al-Qur'an, iqra' dan qira'ati, bagaimana mengasah fikrah untuk menghasilkan karya yang menyejarah. Bukan hanya di Indonesia tapi mendunia.
Bagaimana cara menghadirkan pribadi yang a'maquhum fikran ? Ada beberapa langkah praktis :
- Berpikir lancar ; mengajukan banyak pertanyaan, ide, gagasan, alternatif dan solusi.
- Berpikir luwes ; menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang berangkat dari fleksibilitas konsep dan sudut pandang yang berbeda.
- Berpikir orisinal ; mampu melahirkan ungkapan, gagasan, ide yang unik, asli, baru, tidak lazim, cerdas lebih dulu dari orang lain.
- Berpikir evaluatif ; mampu membuat laporan, penilaian, standar, ukuran, parameter dengan berbagai konsideran yang menyeluruh sehingga dapat menjadi bahan pengambilan kebijakan pada saat berbeda.
- Berpikir kritis ; seperti Nabi Ibrahim, mampu mempertanyakan berbagai hal dengan berbagai sudut pandang, melihat berbagai kemungkinan, keadaan untuk menghadirkan kesimpulan.
- Berpikir imajinatif ; dalam fikih disebut iftiradhat, berbagai kemungkinan sehingga perlu antisipasi dini, membayangkan yang belum pernah, belum terpikir, belum terjadi sebagai persiapan lebih awal.
- Berpikir detektif ; mampu mempelajari, mendeteksi, merasakan berbagai kejanggalan yang terjadi.
- Verifikasi ; memilah, memilih, mengelompokkan, melihat kejanggalan dengan cerdas lalu memetakannya dengan tepat.
- Berpikir analitik ; menguraikan analisa sebab akibat berkenaan dengan kejanggalan dan keadaan yang ditemukan, menemukan data-data akurat sebagai bekal memutuskan.
- Berpikir sintesis ; mampu menghubungkan berbagai hal, kemungkinan, peluang, keadaan untuk menentukan langkah berikutnya.
- Berpikir antisipatif ; mampu menyediakan antisipasi terhadap kemungkinan terbaik (maksimal), pertengahan (optimal) dan kemungkinan terburuk (minimal).
- Berpikir sensitif ; mampu membangun kepekaan terhadap berbagai peluang dan momentum untuk melakukan yang tepat dan terbaik.
- Berpikir integral ; melihat persoalan secara komplit tanpa ada satu bidang pin tertinggal.
- Berpikir perubahan ; berusaha mengubah dan mengatasi keadaan, bukan menyalahkan tapi berupaya membuka pemecahan.
- Berpikir gagal ; menyiapkan diri apabila kegagalan menimpa, ada rencana kedua, ketiga. Ada opsi yang disiapkan sehingga bila sukses syukur tidak sombong, bila gagal tidak putus asa dan menyalahkan keadaan dan orang lain.
Komentar
Posting Komentar