Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
❖ Gunakan Nikmat Usia
Happy birthday to you ... Happy birthday to you ... Why ?
Benarkah kita bahagia ? Apa sih karya kita ? Mengapa kita habiskan waktu buat pesta pora ?
Itulah yang sering kita lalaikan, merasa tambah usia, padahal jatah dan kontrak hidupnya makin sempit saja. Orang-orang sukses menyadari bahwa usia harus berbanding lurus dengan prestasi. Sejak awal mereka menapaki usianya untuk meraih prestasi. Diantaranya yang paling menonjol adalah ditanamkan dan diwujudkan hafalan Qur'an sejak usia dini. Kalau di masa sekarang ada "kampanye nikah dini" kalau di masa salafus shalih sudah jauh-jauh hari mengkampanyekan "hafal qur'an dan kitab pilihan" usia dini.
Imam syafi'i misalnya. Ia telah hafal Qur'an pada usia 9 tahun. Lalu menghafal kitab Muwatha' Imam Malik di usia dini dan mengkaji, menelaah, mentakhrij, menghafal dan menulis hadits di usia belasan tahun. Sementara saat ini banyak remaja, pemuda pemudi muslim yang di usia belasan menuju dewasa "belum tahu siapa dirinya", jangankan untuk menghafal qur'an, membaca pun belum bisa.
Usamah bin Zaid menjadi panglima perang usia 18 tahun. Muhammad bin Qasim menjadi panglima perang usia 17 tahun. Tharafah bin Al abdu Syahid menjadi panglima perang dalam usia 26 tahun.
Silahkan agar lebih dahsyat lakukan investasi sejak dini apa yang harus dilakukan nanti. Rencanakan dengan manajemen by antisipatif, jangan pakai manajemen by accident. Biasakan mengantisipasi keadaan bukan menanggulangi kecelakaan. Buatlah tabel muhasabah menanggulangi kecelakaan. Buatlah tabel muhasabah "apa yang telah, sedang dan akan" kita lakukan dengan :
- Hidupmu sebelum matimu,
- Sehatmu sebelum sakitmu,
- Kesempatan sebelum sibukmu
- Mudamu sebelum tuamu,
- Kayamu sebelum miskinmu.
Seperti yang dilakukan para ulama besar. Mereka belajar di saat longgar dan setiap kesempatan untuk belajar sehingga kesempitan, ketertindasan bahkan penjara menjadi madrasah mereka tinggal membuka "file hafalan" di dalam harddisk hati, pikiran, jiwa dan lisannya. Bila para ulama belajar untuk menghasilkan karya dan menghafalnya, sayang sekali kita "sekedar" membaca karya mereka susahnya bukan main, apalagi menghafal dan menghasilkan karya besar. Inilah something wrong yang kita temukan jawabannya, dan kita ubah paradigmanya.
❖ Gali Potensi Yang Terpendam
Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam bersabda,
"Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dan pada diri masing-masing dari keduanya terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah dalam meraih apa yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan merasa lemah. Jika sesuatu menimpamu maka janganlah kamu mengatakan, "Seandainya aku melakukan begini niscaya akan begini dan begini", akan tetapi katakanlah, "Allah telah mentaqdirkan hal itu, dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi", karena sesungguhnya perkataan "seandainya" akan membuka perbuatan setan". (Diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah Rodhiyallahu 'Anhu)
Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam
"Sesungguhnya manusia itu tidak lain seperti kawanan seratus ekor unta, hampir-hampir engkau tidak bisa menemukan di dalamnya seekor unta yang mampu menempuh perjalanan jauh". (Diriwayatkan Bukhari dari Abdullah bin Umar Rodhiyallahu 'Anhu)
Bahagialah orang yang mampu membaca potensi dirinya. Celaka orang yang tak tahu potensi dirinya dan orang lain pun tak tahu potensinya. Atau memang nggak punya potensi sama sekali ? Impoten men ! Na'udzubillah.
Saudaraku, segeralah temukan potensi yang terpendam dalam diri Anda. Karena orang-orang yang sukses adalah orang selalu menjaga keahlian dan potensi mereka. Mereka tidak akan menyia-nyiakan dan merusaknya. Karenanya, jangan mubadzirkan potensi Anda untuk hal-hal yang sia-sia. Allah mengingatkan kita,
"sungguh beruntunglah orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu' dalam shalatnya dan orang-orang yang terhadap perkara sia-sia, ia menjauhkannya ..." (Qs. Al Mu'minun : 1 - 3)
Orang yang bahagia dan sukses adalah orang yang khusyu'. Ia adalah orang yang konsentrasi dan fokus menapaki jalan, meraih tujuan dan menggapai keridhaan. Ia arahkan hati, fikiran, badan, dan perasaan pada satu titik. Ia yakin dirinya akan menemui titik keabadian itu di akhirat nanti. Berikutnya ia pun tak sia-siakan kesempatan untuk perkara tercela yang tak berguna. Karena hal itu akan mengurangi kualitas jalan yang ditapakinya, amal yang dirintisnya dan merusak cita-citanya.
Rasulullah bersabda, "Diantara kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tak berguna baginya." (HR. Tirmidzi dan yang lainnya)
Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam juga mengingatkan, "Ada dua nikmat, di mana banyak orang yang tertipu dengan keduanya; nikmat sehat dan waktu luang". (Diriwayatkan Bukhari dari Ibnu Abbas)
Namun sayang, orang mengetahui potensinya setelah waktu melampauinya. Ia tahu potensi mudanya setelah tua, seperti kesedihan Abdullah bin Amr bin Ash, yang terlalu memforsir membaca Al-Qur'an dengan mengkhatamkannya setiap tiga hari di usia mudanya, sehingga tidak bisa merasakan manisnya ibadah yang lain.
Orang baru merasakan nikmatnya sehat ketika ia sakit. Seperti kata Imam Syahid Hasan Al Banna, "Kesehatan adalah mahkota yang bertengger di atas kepala orang sehat, tetapi hanya orang sakit yang mampu melihatnya." Begitulah nikamt terasa nikmat kala ia mulai berkelebat meninggalkan tempat.
Demikian juga waktu luang. Waktu luang akan dapat merusak pikiran apabila tidak disibukkan dengan kebaikan. KArena apabila seseorang tidak disibukkan dalam kebaikan niscaya ia akan disibukkan dengan keburukan.
Tentu akan menyedihkan bila orang lain sukses sementara kita sendiri terpuruk merenungi nasib dan belum menumbuhkan potensi apa yang terpendam dan amal apa yang bisa dilakukan.
Tapi jangan menyerah. Jangan persempit pikiran Anda dengan berbagai masalah, karena ia akan membuat hati gundah, pikiran gelisah, akal berkarat, mulut meratap, dan menghancurkan cita-cita mulia. (Aidh Al-Qarni)
Segeralah lakukan eksplorasi diri untuk menemukan mutiara yang terpendam di dalam hati, teruslah berkarya dan menghasilkan yang terbaik dalam hidup Anda. Please
Jangan mempersoalkan persoalan, sehingga persoalan itu menyusahkan diri kita sendiri. (Ir. Makhfudin Wirya Atmaja, MSM)
Mereka yang sukses tentu karena ada usaha dan kerja kerasnya serta "campur tangan" Pertolongan Allah. Ibnul Qoyyim memberikan nasihat, "Ketakwaan kepada Allah pasti mendatangkan rizki. Karena itu meninggalkan ketakwaan pasti mendatangkan kefakiran."
Renungkanlah, bahwa potensi-potensi yang sesungguhnya kita miliki tak terlihat karena tertutup oleh debu maksiat, daki-daki dosa dan terselimuti syahwat. Karena itulah, buka diri dengan taubat. Sibak potensi dengan takwa. Raih rizki. Hadirkan solusi. Jika Anda bertaqwa kepada Allah, pasti Allah akan memberikan rahasianya.
"Bertaqwalah keapada Allah, maka Allah akan mengajarimu ilmu." (Qs. Al Baqarah : 282)
Potensi yang ada, setelah ditemukan pun perlu diarahkan agar tidak mubadzir. Sayang belum tumbuh kesadaran penuh untuk menggali potensi di masa muda, sehingga masih banyak terlihat pemuda menghambur-hamburkan waktunya untuk berhura-hura dan berfoya-foya, mengumbar hawa nafsu yang tak tentu arah.
Komentar
Posting Komentar