Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
"Sesungguhnya keberanian
tidak akan mempercepat ajal,
karena ajal sudah ditentukan.
Sesungguhnya sikap pengecut
tidak akan memperlambat,
karena ajal sudah
ditentukan."
(Sayyid Quthub)
Ali bin Abi Thalib menasehatkan,DOSA terbesar adalah KETAKUTAN.REKREASI terbaik adalah BEKERJAMUSIBAH terbesar adalah KEPUTUSASAANKEBERANIAN terbesar adalah KESABARANGURU terbaik adalah PENGALAMANMISTERI terbesar adalah KEMATIANKEHORMATAN terbesar adalah KESETIAANKARUNIA terbesar adalah ANAK SHALEHSUMBANGAN terbesar adalah BERPARTISIPASIMODAL terbesar adalah KEMANDIRIAN
Sebelum melakukan "pekerjaan besar" maka perlu rencana besar. Rencana besar disusun oleh pikiran besar orang-orang yang berjiwa besar. Apabila seseorang berjiwa besar maka raganya akan tenang melayaninya, meski kelelahan akrab menghampirinya.
Kekuatan itu ada di dalam jiwa. Kebesaran ada di dalam jiwa. Jiwa yang besar, cita-cita yang tinggi, tekad yang kuat akan mampu mengguncangkan gunung. Seperti Ibnu Mas'ud yang bertubuh kurus kecil dan pendek hingga tinggi badannya tidak beda dengan orang-orang yang duduk tetapi dia berjiwa besar. Kedua betisnya kecil dan kempis, yang tampak saat memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk digunakan bersiwak Nabi. Para sahabat pun menertawakannya melihat kedua betisnya itu. Maka Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa Sallam bersabda, "Tuan-tuan menertawakan betis Ibnu Mas'ud ? Keduanya di sisi Allah lebih berat timbangannya daripada gunung Uhud".
Orang-orang biasa tapi memiliki jiwa luar biasa selalu berpikir untuk melakukan "pekerjaan besar". Dia tidak sempat menyibukkan diri dalam perkara remeh yang bisa melenakannya. Menjauhi pekerjaan hina yang bisa mencemarkannya. Menghindari kemaksiatan yang berdampak membuat kusut hatinya.
Zaid bin Tsabit mengkodisifikasikan Al-Qur'an dalam sebuah mushaf atas usulan Umar di masa Khalifah Abu Bakar. Sebuah pekerjaan besar yang kata Zaid masih lebih ringan memindahkan dua buah bukit dibandingkan beratnya amanah untuk menyelamatkan kitabullah.
Imam Az Zuhri melakukan pekerjaan besar mempelopori kodisifikasi hadits. Pertama kali dalam sejarah. Saking getolnya dalam membaca buku-buku dan beragam kitab sehingga istrinya pun cemburu. Ya. Cemburu pada buku, sampai ia mengatakan, "Buku-buku itu lebih berat bagiku daripada keberadaan seorang madu (istri kedua dst)."
Selanjutnya Imam Bukhari pun berjalan bertahun-tahun untuk menyusun hadits-hadits dan memilihnya yang shahih, dengan cara mendatangi para perawing satu persatu untuk mendapatkan kualitas keshahihan yang paripurna. Begitu pun saat hendak menuliskannya kembali beliau sandarkan kepada Allah dengan selalu shalat sunnah dua rakaat sebelumnya. Luar biasa memang.
Yang menjadi otokritik bagi kita sekarang, mengaa saat ini orang-orang liberal dan orientalis begitu mudahnya meremehkan Al-Qur'an dan Hadits ? Mereka berupaya dengan berbagai cara melakukan pendangkalan, pengaburan, dekonstruksi dengan seenaknya sendiri. Ada tafsir ala swalayan, ada tafsir hermeunetika, ada beragama ala pasar, ada fiqih lintas agaman dan beraneka istilah, ide, gagasan, pemikiran yang jail dan usil yang mereka import dari orientalis sebelumnya. Tentu semua untuk mengeruk dolar sih, seperti pengakuan Ulil Abshar Abdallah sendiri. "Kalau udah kaya mau berhenti." Katanya. Iya. Kalau keburu mati gimana ? Nah perilaku semacam ini tentu bukan karya besar, tapi kebohongan besar yang melahirkan kesombongan besar. Allahu A'lam. Mari kita buktikan di akhirat. Atau lebih baik segera bertaubat, wahai sobat sebelum terlambat ?!
Nah, nggak perlu pusing-pusing otak atik otak ala JIL. Sekarang yang perlu dipikirkan apa kontribusi "karya besar" kita untuk umat bangsa. Tak semua harus berada di depan. Tak semua harus terkenal. Tak perlu selalu popularitas. Karena popularitas tidak identik dengan kualitas dan kekuatan mempengaruhi 'quwwatut ta'tsir'>
Yang penting menurut KH. Rahmat Abdullah --syaikhut tarbiyah, sang guru cinta--adalah jadilah orang yang atsbatuhum mauqiifan, yakni merekalah yang paling kokoh atau tsabat sikapnya. Arhabuuhum shadran, yang paling lapang dadanya. A'maquhum fikran, yang paling dalam pemikirannya. Ausa'uhum nazharan, yang paling luas cara pandangnya. Ansyatuhum 'amalan, yang paling rajin amal-amalnya. Aslabuhum tanzhiman, yang paling solid penataan organisasinya dan aktsaruhum naf'an, yang paling banyak manfaatnya. Semoga kami bisa meneruskan wasiatmu ya syaikh ...
Komentar
Posting Komentar