Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
Ingat mati hidup berarti
Rasulullah Sholallahu 'alayhi wa sallam bersabda,
"Banyaklah mengingat penghancur kelezatan dunia yakni kematian." (HR. Tirmidzi)
Abu Bakar Ash Shidiq berpesan, "Nak, carilah kematian, niscaya engkau temukan kehidupan."
Banyak sekali kejadian, orang-orang yang divonis mati secara medis oleh dokter malah mendapatkan semangat hidup yang luar biasa. Seperti dialami Zulaikhah, penderita kanker otak yang diperkirakan dokter hanya bertahan empat tahun. Bayang-bayang ketakutan menjemput ajal, menggiringnya menemukan ketenangan batin, suatu kenikmatan yang diperoleh setelah melewati jalan berliku. Kini setelah perkiraan dokter dalam hitungan hari, Zulaikhah sembuh dari derita kanker otak, setelah mengikuti terapi ruqyah syar'iyah secara Islami. (Ghoib, edisi 31 Th.2)
Mengapa ini terjadi ? Inilah barangkali rahasia mengapa kita perlu selalu menyadarkan dan menyandarkan keberadaan kita kepada Yang Maha Besar. Ini ayat kauniyah, dan mari kita simak ayat qauliyahnya dalam Al-Baqarah ayat 154-157, berikut :
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, dan jiwa dan buah-buahan.Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : "Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un"Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,(Qs. Al-Baqarah : 154-157)
"Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un" artinya sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa 'pernyataan kembali kepada Allah'. Disunnahkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
"Innalillahi wa inna ilaihi raaji'un", kalimat ini adalah vonis abadi bahwa kita adalah milik Allah. Semua yang ada di alam semesta ini adalah milik-Nya, lalu mengapa kita sadar untuk tunduk pada-Nya dan tak sabar untuk taat padanya. Padahal orang yang sadar dan sabarlah yang memiliki kekuatan dahsyat.
"Innalillahi wa inna ilaihi raaji'uun" adalah inspirasi untuk beramal. Sebab kalau orang tahu akan mati, lalu berpikir positif pasti dia bersemangat untuk dahsyat. Tapi bagi yang pesimis dia putus asa, bahkan memilih bunuh diri karena takut membayangkan akhir hidupnya yang penuh dosa.
Kita itu zero, kita tidak punya apa-apa, karena kita semua milik Allah, maka dahsyatnya diri, fokuskan orientasi, bangun visi, miliki misi, bentuk persepsi hanya kepada Allah. Dengan fokus kita dahsyat, kuat, hebat dan tak terkalahkan. Kita bersandar pada Yang Maha Kuat. Tak takut celaan dan cemoohan. Itulah keikhlasan, sekuat-kuat sandaran : Lillah, hanya untuk Allah. Karena segalanya harus difokuskan pada-Nya.
Allah berfirman,"Katakanlah : sesungguhnya sembahyanku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (Qs. Al - An'am : 162 - 163)
Bila kita menggali energi kematian, tentu kita akan ingat apa yang sudah kita miliki untuk bekal kehidupan sesudahnya ? Sudahkah kita mempersiapkannya, sudahkah kita menyambutnya dengan amal-amal unggulan dan jiwa kepahlawanan ? Sebab "barangsiapa mati sedang ia tak pernah berjihad dan tak ada niatan berjihad, ia mati dalam kemunafikan." Wow mengerikan. Karena orang-orang munafik berada di lantai paling dasar neraka, paling panas, paling ganas, paling gelap dan pekat, fid-darkil asfali minannaar. Bukankah api yang paling panas yang berwana hitam ? Na'udzubillah.
Jadi zerokan diri dengan dzikrul maut agar kita selalu bersiap diri, mengisi hari-hari dengan prestasi dan amal terpuji dan tak bersantai-santai lagi. Miliki iman, berjalanlah menuju taqwa, dan jagalah nilai-nilai keislaman agar mati mulia memperoleh surga,
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam." (Qs. Ali Imran : 102)
Zerokan diri dengan ingat mati sebab lezatnya dunia hanya sesaat tapi siksa akhirat abadi. Dunia fana yang pasti rusak, akhirat kekal tak ada batas. Mengapa tidak segera menyusun strategi merancang mati sejak hari ini ?
Zero berarti kembali ke titik nol untuk mencetak gol. Kita milik Allah "inna lillah" maka mati kembali kepada Allah "ilaihi raaji'un" juga harus "lillah" untuk Allah. Apabila kita telah fokus "lillah" justru apa yang kita kerjakan, lakukan, amalkan, investasikan, akan menjadi milik kita, karena Allah lah yang mengganti keikhlasan, lillah kita dengan jannah. Inilah transaksi zero to hero.
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (Qs. At-Taubah :111)
Jadi dengan ingat mati berarti niat kita harus jelas sehingga setiap apa saja yang dilakukan berbobot dan berbalas. Milikilah ikhlas.
Rasulullah bersabda,"Sesungguhnya diterimanya suatu amal sesuai niatnya, dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya." (HR. Bukhari Muslim)
Allah Maha Fair dan Sportif, membalas apapun yang kita niatkan, bahkan apa yang kita persangkakan. "Aku hanya mengikuti persangkaan hamba-Ku saja," itu komitmen Allah dalam hadits qudsi.
Begitulah "bila jiwa itu besar, sesungguhnya fisik tak akan mampu meladeninya." Karenanya orang-orang besar tetap tegar meski fisik mereka lumpuh, mata mereka buta, tetapi jiwa mereka selalu hidup dan menghidupkan. Seperti Syaikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Ar Rantisi, Hasan Al Banna, Sayyid Quthub dan para pejuang sepanjang sejarah.
Bahkan kematian mereka dapat menghidupkan jiwa yang mati, membuka pikiran, menggugah motivasi yang rapuh dan menyambung persaudaraan yang hampir runtuh. Itulah jiwa para pejuang sejati, mujahid hakiki.
Adapun kematian dapat dilihat pada tiga ciri :
- Mati itu haq dan pasti. Bagaimana cara kita mati ?
- Mati itu ghaib. Mengapa takut mati tapi tidak mempersiapkan diri ?
- Mati itu tiba-tiba. Apalagi yang ditunggu-tunggu dan mengapa amal ditunda-tunda ?
Komentar
Posting Komentar