Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
"Kalau kita memulai langkah dengan rasa takut, maka sebenarnya kita pernah melangkah..." (A.H. Nayyar, Ph.D. Presiden Pakistan Peace Coalition)
Kadang kita takut punya cita-cita, karena takut untuk mencapainya. Padahal cita-cita merupakan energi yang akan menggerakan jiwa, menggerakan pikiran untuk kreatif, menggerakkan badan untuk aktif, menggerakan seluruh tubuh mencapai tujuan. Cita-cita adalah ruh yang menjadikan seorang tetap bertahan. Seperti Imam Ahmad yang tegar di tengah cambukan tanpa menggeserkan sedikitpun keimanan dan keyakinan yang tertanam. Cita-cita pula yang menghadirkan cinta dan kasih sayang ibu terhadap anaknya, melumurinya dengan do'a, menghiasinya dengan tarbiyah. Seperti pengorbanan ibunda Imam Syafi'i yang mengobarkan seluruh hartanya dan menginfaqkan waktunya untuk melahrikan ulama besar, referensi peradaban islam.
Impian hari ini, kata Imam Syahid, adalah kenyataan di hari esok. Dan kenyataan hari ini adalah buah dari impian kita kemarin.
Bercita-cita separo dari sukses
Jika kau ingin bermandikan kemuliaan,
Jangan puas dengan apa yang ada di bawah bintang,
sebab rasa kematian untuk urusan kecil,
seperti rasa kematian untuk perkara besar
(Al Mutanabbi)
Kesuksesan tidak semata-mata diukur pada hasil tapi juga pada proses. Proses merencanakan dengan tujuan yang benar dan mulia. Proses mengorganisasikan dengan rapi dan sistematis. Proses melaksanakan dengan ikhlas, tekun, teliti dan profesional. Dan proses evaluasi dengan jujur dan semangat perbaikan tak kenal henti. Dan cita-cita adalah separo dari kesuksesan. Karena orang yang bercita mulia tak mudah goyah untuk menggadaikan di tengah jalan, menukar dengan yang hina dan rendah.
Demikian juga prinsip orang beriman. Allah tujuannya. Rasulullah teladannya. Al Qur'an pedoman hidupnya. Jihad jalan hidupnya. Mati syahid di jalan Allah adalah cita-cita tertingginya. Usahanya untuk akhirat sehingga dunia pun mengikutinya.
"Carilah dari apa yang dianugerahkan Allah untuk meraih kehidupan akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan dunia." (QS. Al-Qashash : 77)
Memiliki cita-cita berarti memiliki tujuan hidup yang jelas. Memiliki kejelasan tujuan adalah separo dari kesuksesan. Adapun yang separo itu adalah bagaimana kita menempuhnya, bukankah begitu wahai saudaraku?
Cita-cita tinggi adalah ekspresi pemikiran positif. Pikiran positif itu menurut Sambirang Ahmadi, S.Ag.M.Si. --saat membedah buku Dahsyatnya Do'a, Coy !! tanggal 20 Desember 2005 di Sumbawa-- Penting karena akan melahirkan sikap dan tindakan positif. Sikap positif "saya bisa" akan melahirkan kekuatan, keterampilan dan energi untuk melaksanakan. Apabila engkau percaya "saya bisa melakukan sesuatu" maka berkembanglah cara untuk melaksanakan sesuatu itu. Bila sudah bercita-cita, lalu bekerja dan berusaha, maka jangan lupa berdo'a untuk menguatkan cita-cita dan langkah kita.
Karena itulah, jadikan dirimu pribadi yang unggul. Ciri-ciri pribadi unggul adalah pribadi yang memiliki empat hal berikut ini :
- Orang yang memiliki cita-cita yang menggelora
- Mereka yang memiliki jiwa yang membara
- Mereka yang selalu berusaha dengan giat
- Mereka yang memiliki kesiapan yang terus menerus.
Komentar
Posting Komentar