Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"
Penulis - Solikhin Abu Izzudin
╼╾
4. Karena Tidak Proaktif
Bila waktu tlah memanggil,
Teman sejati tinggalah amal,
Bila waktu tlah terhenti,
Teman sejati tinggalah sepi
[ Opick - Bila Waktu Tlah Berakhir]
Momentum itu sejalan dengan waktu. Sifatnya sangat cepat berlalu. Maka Hanya orang-orang sensitif yang mampu menangkap momentum itu untuk meledakkan potensinya menjadi prestasi. Setelah membekali dengan iman, ilmu, dan memohon petunjuk dari Allah, kita perlu mengasah kecerdasan dan kepekaan hati agar senantiasa proaktif memaknai momentum yang ada, menjemput bola bukan sekedar menunggu gawang.
Orang-orang yang dikabulkan doanya sesungguhnya kedahsyatan bukan pada doa itu sendiri, tetapi lebih kepada ketulusan, kedekatan, keyakinan, dan seringnya dia mengisi "daftar hadir" di saat orang absen karena tertidur dan terbuai nikmat duniawi maupun terlalu disibukkan oleh perkara yang mengotori hati.
Seperti kisah budak hitam di Basrah yang amat dikabulkan doanya karena ia selalu berasyik masyuk kepada Allah setiap malamnya. Saat orang-orang dalam kenikmatan dan kemewahan duniawi, ia pun banyak bermunajat kepada Allah, Saat mereka bersama memohon diturunkan hujan pada musim penceklik yang amat panas tak dikabulkan. Namun ketika dia, sendiri berdoa kepada Allah dengan ketulusan hati, Allah pun mengabulkan doanya. Turunnya hujan.
Mengapa Abu Bakar paling mulia diantara para sahabat ? Karena beliau tidak melewatkan satu pun momentum kecuali ia mendapatkan bagian utama. Begitu ada ilmu "baru" ada kesempatan baru, segera ia bergerak cepat. Bahkan ketika melihat bahaya pun mampu segera menguasai situasi. Karena hatinya bersih dan pikirannya telah terasah.
- Engkau sudah kedahuluan Ukasyah
"Meraka adalah orang-orang yang tidak melakukan ruqyah, tidak meramal yang buruk-buruk dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal,"
Ukasyah bin Mishan bangkit dan berkata,
"Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka."
Beliau bersabda,
"Engkau termasuk golongan mereka."
Kemudian ada lelaki lain bangkit dan berdiri,
"Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka."
Beliau menjawab,
"Engkau sudah didahului Ukasyah."
(Petikan HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Abbas)
Menarik sekali kisah ini. Ukasyah dengan cepat berdiri, fastabiqul khairat, berlomba meraih kebaikan, merebut momentum itu : lelaki surga. Bagaimana Ukasyah mengasah kepakaan jiwanya "merebut" doa Nabi lebih cepat dari yang lain? Ternyata ia seorang sahabat yang teramat sering menyertai Nabi dalam berbagai peperangan. Bagi kita sekarang itu berarti makin banyak jam terbang tentu makin banyak terbuka peluang.
#Dimandikan malaikat
Yang menarik lagi kisah Hanzallah yang dimandikan malaikat gara-gara ia berjihad segera setelah mendengar seruan jihad, padahal saat itu ia sedang mengumpuli isterinya. Segera ia berangkat dalam keadaan junub, belum sempat mandi, dan syahid. Maka ia pun dijuluki "ghazilul malaikah" orang yang dimandikan malaikat. Nabi pun iri padamu wahai Hanzallah, karena engkau dimandikan malaikat.
Bagaimana kesigapan semacam ini bisa terasah? Tentu ia pribadi yang menyadari kelemahan dirinya, bukan merasa besar diri. Karena Hanzallah ini dikenal amat sensitif, khawatir kalau dirinya termasuk orang munafik. Karenanya ia proaktif melaporkan kondisinya kepada sahabatnya. Seperti pengakuan jujur Hanzallah di hadapan Abu Bakar : "Hanzallah telah berlaku munafik." Hal ini juga dirasakan serta dibenar-kan oleh Abu Bakar, sahabat Nabi Sholallahu 'alayhi wa Sallam yang tidak diragukan lagi kapabilitas keimanannya. Tapi Abu Bakar bukanlah Nabi sehingga tidak ma'shum sebagaimana Nabi.
Mengapa Hanzallah dan Abu Bakar mengaku dirinya menjadi munafik? Sebab, ketika di dalam majelis di hadapan Rasulullah dan para sahabat merasakan seolah-olah surga dan neraka di depan mata sehingga suburlah keimanan di dalam jiwa. Tetapi apabila kembali ke rumah masing-masing, bercengkrama dengan anak istri dan keluarga, maka peringatan Rasul Sholallahu 'alayhi wa Sallam akan surga dan neraka terlupakan karena tenggelam dalam cengkarama bersama keluarga. Oleh karena itu Rasul Sholallahu 'alayhi wa sallam berpesan apabila dapat selalu merasakan seperti di hadapan Rasul, maka wajib baginya surga. Tapi bila tidak, sekali-kali tak mengapa. Tapi segeralah kembali kepada kesadaran keimanan. Orang sukses kuncinya proaktif bukan reaktif. Sekarang sudah jelas, waktu adalah momentum untuk sukses. Kesempatan yang ada begitu menggoda, mau diapakan terserah Anda. Karena itu berbekallah.
Allah berfirman, "Dan berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa." (Qs. Al-Baqarah : 197)
Ibnu Umar berkata,
"Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk persiapan saat sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." (HR. Bukhari)
Nasyid : Berbekallah
Berbekallah untuk hari yang sudah pasti
Sungguh kematian adalah muara manusia
Relakan dirimu menyertai segolongan orang
Mereka membawa bekal sedang tanganmu hampa
(Tarbiah Ruhiah, dinasyidkan oleh Suara Persaudaraan)
Komentar
Posting Komentar