Langsung ke konten utama

5.4 - MENGAPA KITA SERING KEHILANGAN MOMENTUM ? || Karena Tidak Proaktif

 Artikel ini merupakan REWRITE dari buku Best Seller  "ZERO to HERO (Mendahsyatkan Pribadi Biasa Menjadi Luar Biasa)"

Penulis - Solikhin Abu Izzudin

╼╾

4. Karena Tidak Proaktif

Bila waktu tlah memanggil,

Teman sejati tinggalah amal,

Bila waktu tlah terhenti,

Teman sejati tinggalah sepi

[ Opick - Bila Waktu Tlah Berakhir] 

Momentum itu sejalan dengan waktu. Sifatnya sangat cepat berlalu. Maka Hanya orang-orang sensitif yang mampu menangkap momentum itu untuk meledakkan potensinya menjadi prestasi. Setelah membekali dengan iman, ilmu, dan memohon petunjuk dari Allah, kita perlu mengasah kecerdasan dan kepekaan hati agar senantiasa proaktif memaknai momentum yang ada, menjemput bola bukan sekedar menunggu gawang.

Orang-orang yang dikabulkan doanya sesungguhnya kedahsyatan bukan pada doa itu sendiri, tetapi lebih kepada ketulusan, kedekatan, keyakinan, dan seringnya dia mengisi "daftar hadir" di saat orang absen karena tertidur dan terbuai nikmat duniawi maupun terlalu disibukkan oleh perkara yang mengotori hati.

Seperti kisah budak hitam di Basrah yang amat dikabulkan doanya karena ia selalu berasyik masyuk kepada Allah setiap malamnya. Saat orang-orang dalam kenikmatan dan kemewahan duniawi, ia pun banyak bermunajat kepada Allah, Saat mereka bersama memohon diturunkan hujan pada musim penceklik yang amat panas tak dikabulkan. Namun ketika dia, sendiri berdoa kepada Allah dengan ketulusan hati, Allah pun mengabulkan doanya. Turunnya hujan.

Mengapa Abu Bakar paling mulia diantara para sahabat ? Karena beliau tidak melewatkan satu pun momentum kecuali ia mendapatkan bagian utama. Begitu ada ilmu "baru" ada kesempatan baru, segera ia bergerak cepat. Bahkan ketika melihat bahaya pun mampu segera menguasai situasi. Karena hatinya bersih dan pikirannya telah terasah.

  •  Engkau sudah kedahuluan Ukasyah
Mengapa Ukasyah dijamin masuk surga? Karena dia cepat merebut momentum yang ditawarkan Nabi. Diriwayatkan dalam hadits yang panjang bahwa Rasulullah memaparkan tentang profil penghuni surga yang masuk tanpa hisa dan tanpa adzab, dari para Nabi hingga Nabi Muhammad, maka para sahabat kasak kusuk menduga-duga. Ketika itu Nabi bertanya kepada para sahabat, "Apa yang kalian bicarakan?" Maka setelah mereka memberitahukan, Nabi Sholallahu 'alayhi wa sallam bersabda, 
"Meraka adalah orang-orang yang tidak melakukan ruqyah, tidak meramal yang buruk-buruk dan kepada Rabbnya mereka bertawakkal,"

Ukasyah bin Mishan bangkit dan berkata, 

"Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka."

Beliau bersabda,

"Engkau termasuk golongan mereka."

Kemudian ada lelaki lain bangkit dan berdiri,

"Berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka."

Beliau menjawab,

"Engkau sudah didahului Ukasyah."

(Petikan HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Abbas)


Menarik sekali kisah ini. Ukasyah dengan cepat berdiri, fastabiqul khairat, berlomba meraih kebaikan, merebut momentum itu : lelaki surga. Bagaimana Ukasyah mengasah kepakaan jiwanya "merebut" doa Nabi lebih cepat dari yang lain? Ternyata ia seorang sahabat yang teramat sering menyertai Nabi dalam berbagai peperangan. Bagi kita sekarang itu berarti makin banyak jam terbang tentu makin banyak terbuka peluang.

#Dimandikan malaikat

Yang menarik lagi kisah Hanzallah yang dimandikan malaikat gara-gara ia berjihad segera setelah mendengar seruan jihad, padahal saat itu ia sedang mengumpuli isterinya. Segera ia berangkat dalam keadaan junub, belum sempat mandi, dan syahid. Maka ia pun dijuluki "ghazilul malaikah" orang yang dimandikan malaikat. Nabi pun iri padamu wahai Hanzallah, karena engkau dimandikan malaikat.

Bagaimana kesigapan semacam ini bisa terasah? Tentu ia pribadi yang menyadari kelemahan dirinya, bukan merasa besar diri. Karena Hanzallah ini dikenal amat sensitif, khawatir kalau dirinya termasuk orang munafik. Karenanya ia proaktif melaporkan kondisinya kepada sahabatnya. Seperti pengakuan jujur Hanzallah di hadapan Abu Bakar : "Hanzallah telah berlaku munafik." Hal ini juga dirasakan serta dibenar-kan oleh Abu Bakar, sahabat Nabi Sholallahu 'alayhi wa Sallam yang tidak diragukan lagi kapabilitas keimanannya. Tapi Abu Bakar bukanlah Nabi sehingga tidak ma'shum sebagaimana Nabi.

Mengapa Hanzallah dan Abu Bakar mengaku dirinya menjadi munafik? Sebab, ketika di dalam majelis di hadapan Rasulullah dan para sahabat merasakan seolah-olah surga dan neraka di depan mata sehingga suburlah keimanan di dalam jiwa. Tetapi apabila kembali ke rumah masing-masing, bercengkrama dengan anak istri dan keluarga, maka peringatan Rasul Sholallahu 'alayhi wa Sallam akan surga dan neraka terlupakan karena tenggelam dalam cengkarama bersama keluarga. Oleh karena itu Rasul Sholallahu 'alayhi wa sallam berpesan apabila dapat selalu merasakan seperti di hadapan Rasul, maka wajib baginya surga. Tapi bila tidak, sekali-kali tak mengapa. Tapi segeralah kembali kepada kesadaran keimanan. Orang sukses kuncinya proaktif bukan reaktif. Sekarang sudah jelas, waktu adalah momentum untuk sukses. Kesempatan yang ada begitu menggoda, mau diapakan terserah Anda. Karena itu berbekallah. 

Allah berfirman, "Dan berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa." (Qs. Al-Baqarah : 197)

Ibnu Umar berkata,

"Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk persiapan saat sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu." (HR. Bukhari)

Nasyid : Berbekallah

Berbekallah untuk hari yang sudah pasti

Sungguh kematian adalah muara manusia

Relakan dirimu menyertai segolongan orang

Mereka membawa bekal sedang tanganmu hampa

(Tarbiah Ruhiah, dinasyidkan oleh Suara Persaudaraan) 



Next Episode → 5.5 - MENGAPA KITA SERING KEHILANGAN MOMENTUM ? || Tipe-tipe Manusia Memaknai Momentum

 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 22 - TAKUT KEPADA ALLAH

السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Diantara keyakinan seorang muslim, bahwa manfaat dan mudhorot adalah di tangan Allah semata. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah.     Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri dihadapan Allah, mengagungkan-Nya dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya.     Bukan takut yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap Rahmat Allah dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah.      Takut seperti ini adalah ibadah, tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allah, barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah terjerumus kedalam syirik besar yang dapat men...

HSI-SILSILAH 05 - HALAQOH 14 - Tanda-Tanda Besar Dekatnya Hari Kiamat

 السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ Tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat adalah 10 tanda menjelang datangnya hari kiamat. Yang apabila sudah muncul 10 tanda tersebut, maka akan terjadilah hari kiamat. Tanda-tanda besar tersebut apabila muncul satu, maka akan segera diikuti oleh yang lain. Suatu saat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat para Shahābat sedang saling berbicara.      Maka Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian bicarakan?”      Merekapun menjawab, “Kami sedang mengingat hari kiamat.”      Maka, Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ “Sesungguhnya tidak akan bangkit hari kiamat tersebut sampai kalian melihat sebelumnya 10 tanda-tanda.” Kemudian Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam menyebutkan 10 tanda tersebut. Asap Dajjal Daabbah (seekor hewan melata) Terbitnya...

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 19 - BERSUMPAH DENGAN SELAIN NAMA ALLAH

  السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته   ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang dinamakan baik oleh yang berbicara maupun yang di ajak bicara.     Kalau bahasa arab makan menggunakan huruf 'و' atau 'ب' atau 'ت' adapun bahasa indonesia maka menggunakan kara 'demi'.     Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah semata, misalnya dengan mengatakan : ' Wallahi ' , Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Dan lain-lain.     Adapun makhluk, bagaimanapun agungnya di mata manusia, maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya. Misalnya dengan mengatakan ; Demi Rasulullah, Demi Ka'bah, Demi Jibril, Demi langit dan bumi, Demi bulan dan bintang, Dan lain-lain.     Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluk yang terlarang.     Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa S...