Langsung ke konten utama

KISAH ORANG SHALIH - ABU QILABAH (Dia Bersabar bagaikan Nabi Ayyub 'Alayhissalam)

  ┈┈◅◁◈◈▷▻┈┈

ABU QILABAH

Dia Bersabar bagaikan Nabi Ayyub 'Alayhissalam

┈┈◅◁◈◈▷▻┈┈

    Abdullah bin Muhammad berkata,

    "Aku pernah berangkat ke daerah pesisir untuk berjaga-jaga di perbatasan negeri kaum Muslimin, dan yang mengangkut kami ketika itu adalah kereta kuda Mesir. Setelah aku sampai ke ujung pantai, ternyata aku tiba di Bathihah.

    Di pantai Bathihah itu ada sebuah kemah yang di dalamnya ada seorang lelaki yang buntung kedua tangan dan kedua kakinya, dan lebih dari itu perdengaran dan penglihatannya juga lemah. Tidak ada satu anggota tubuh pun yang berfungsi baginya selain lisannya.

    Dengan lisannya itu ia selalu memanjatkan doa,

    'Ya Allah, berikanlah kepadaku kemampuan untuk senantiasa memujiMu, yang dengannya aku dapat memuaskan diriku dalam mensyukuri nikmat yang Engkau limpahkan kepadaku dan anugerah yang Engkau lebihkan bagiku dari banyak makhlukMu'.

    Abdullah melanjutkan, 'Demi Allah, orang ini harus aku dekati. Akan aku tanyakan mengapa ia mengucapkan doa seperti itu ? Apakah dia benar-benar mengerti perkataan yang ia ucapkan ataukah sekedar ilham yang di ilhamkan kepadanya ?

    Aku lantas mendatangi laki-laki itu, aku ucapkan salam kepadanya, dan aku katakan bahwa aku mendengar perkataan yang diucapkannya tadi, 'Ya Allah ... ', aku bertanya, 'Kenikmatan apakah yang telah dikaruniakan Allah kepadamu ? Dan kemuliaan seperti apakah yang telah dianugerahkanNya bagimu sehingga engkau bersyukur sedemikian itu ?'

    Lelaki itu menjawab, 'apakah engkau tidak melihat apa yang telah Allah perbuat kepadaku ? Demi Allah, sekiranya Allah mengirim api dari langit untuk membakar tubuhku, memerintahkan gunung-gunung untuk menghancurkan aku, berkenan menyuruh lautan untuk menenggelamkan aku dan bumi menelan aku, maka sungguh aku tetap akan bersyukur kepada Allah atas lisan yang telah dikaruniakan kepadaku.

    Tetapi wahai hamba Allah, engkau telah datangkepadaku dan aku butuh bantuanmu. Kamu sendiri melihat bagaimana kondisi tubuhku, aku sendiri tidak mampu berbuat untuk menolong atau menciderai diriku. Selama ini aku ditemani seorang anak laki-lakiku. Dia selalu datang kepadaku pada waktu-waktu shalat. Dia-lah yang mewudhukanku. Ketika aku lapar dan haus dia yang menyuapi dan memberi minum kepadaku. Tapi sudah tiga hari ini aku kehilangan dia, kalau engkau berkenan carilah ia untukku. Semoga Allah melimpahkan rahmat untukmu'.

    Aku berkata, 'Demi Allah, tidak ada perjalanan yang lebih agung dan mendapat pahala besar di sisi Allah dari perjalanan demi membantu memenuhi hajat orang seperti engkau ini'.

    Maka aku pun mulai berjalan untuk mencari anaknya tersebut yang telah beberapa hari hilang. Belum jauh aku berjalan, tiba-tiba aku sampai di sebuah timbunan pasir, di situ aku menemukan seorang anak yang telah diterkam dan dimakan binatang buas. Maka aku berucap, 'Innalillahi wa inna ilaihi rojiun'. Aku bergumam, 'Apa yang harus aku katakan kepada lelaki tua renta itu ?'

    Dalam perjalanan pulang menuju kemah itu aku teringat dengan kisah Nabi Ayyub 'Alayhissalam. Setelah aku tiba di kemah lelaki itu, aku ucapkan salam kepadanya, ia pun menjawab salamku.

    Dia bertanya, 'Bukankah engkau sahabatku ?'

    Aku jawab, 'Ya'.

    Dia bertanya, 'apa yang telah engkau lakukan untuk memenuhi kebutuhanku ?'

    Aku balik bertanya, 'Siapakah yang lebih mulia di sisi Allah, engkau atau Nabi Ayyub ?'

    Dia menjawab, 'Pasti Nabi Ayyub'.

    Aku bertanya, 'Apakah engkau tahu apa yang telah diperbuat Allah kepadanya ? Bukankah ia telah diuji dengan harta, keluarga, dan anak-anak beliau ?'

    Dia menjawab, 'Benar'.

    Aku bertanya, 'Bagaimana beliau menghadapi kenyataan itu ?'

    Dia menjawab, 'Beliau hadapi dengan penuh kesabaran senantiasa bersyukur dan bertahmid'.

    Aku bertanya, 'Namun, bukankah kerabat beliau dan orang-orang yang dicintainya justru menjauhi beliau ?'

    Dia menjawab, 'Ya'.

    Aku bertanya, 'Sementara itu, bagaimana Ayyub menyikapi semua itu ?'

    Dia menjawab, 'Beliau hadapi dengan penuh kesabaran, senantiasa bersyukur dan bertahmid'.

    Aku bertanya, 'Tetapi bukankah beliau kemudian menjadi tontonan bagi orang-orang yang berjalan, apakah engkau tahu ?'

    Dia menjawab, 'Iya'.

    Aku bertanya, 'Bagaimana dia menyikapi semua ini ?'

    Dia menjawab, 'Dia hadapi penuh dengan kesabaran, senantiasa bersyukur dan bertahmid ; sekarang, persingkatlah pembicaraanmu ! Semoga Allah mencurahkan rahmat kepadamu'.

    Aku berkata, 'Wahai kawan, anakmu, yang aku engkau suruh untuk mencarinya, sudah aku temukan berada di antara tumpukkan pasir, diterkam dan dimakan binatang buas, semoga Allah memberimu pahala yang besar dan melimpahkan kesabaran bagimu'.

    Laki-laki yang ditimpa musibah itu mengucapkan,

    'Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Dzat yang tidak menciptakan dari garis keturunanku seorang hamba pun yang bermaksiat kepadaNya sehingga disiksa dalam api neraka'.

    Kemudian dia mengucapkan,

    'Innalillahi wa inna ilaihi rojiun'.

    Lalu dia menangis tersedu-sedu hingga menghembuskan nafas terakhir.

    Seketika itu aku pun mengucapkan, Innalillahi wa inna ilaihi rojiun ; betapa besar musibah yang menimpaku'.

    Mayat lelaki ini aku tinggalkan pastilah dimakan binatang buas. Tetapi kalau aku urus, aku tidak bisa berbuat banyak. Lalu aku kafani dia dengan kain sorbanku. Lalu aku duduk di sisi kepalanya sambil menangis.

    Tiba-tiba saja ada empat orang lelaki masuk kemah tanpa permisi, mereka bertanya, 'Wahai hamba Allah, apa yang terjadi padamu ? Bagaimana kabarmu ?'

    Maka aku ceritakan kepada mereka apa yang aku alami dengan lelaki itu. Mereka bertanya, 'Bolehkah kami melihat wajahnya, siapa tahu kami kenal ?'

    Aku lalu membuka wajahnya, maka keempat orang itu memperhatikan dengan seksama, kemudian menciumi mata dan tangannya, lalu berkata, 'Aku siap mengorbankan bapakku untuknya, inilah kedua mata yang tidak pernah dipergunakan untuk melihat hal-hal haram. Telah sekian lama anggota tubuhnya hanya digunakan untuk bersujud tatkala orang-orang terlelap tidur.'

    Aku bertanya, 'Sebenarnya siapakah orang ini ?'

    Mereka menjawab, 'Dia ini adalah Abu Qilabah al-Jarami, murid dekat sahabat Ibnu Abbas. Orang ini sangat mencintai Allah dan Nabi Sholallahu 'alayhi wa Sallam'.

    Kemudian kami memandikan jenazahnya, mengkafani dengan pakaian yang ada, kami shalatkan dan kami kuburkan. Setelah selesai, orang-orang itu pulang begitu juga saya pulang ke markas.

    Menjelang malam, aku rebahkan tubuhku untuk tidur. Tiba-tiba aku bermimpi sebagaimana orang yang tidur. Aku melihat dia di salah satu taman Surga mengenakan dua helai pakaian indah sambil melantunkan,

سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِۗ ۝٢٤

'Keselamatan atasmu berkat kesabaranmu, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu'. (Qs. Ar Ra'ad : 24)

    Aku bertanya, 'Bukankah kamu ini temanku ?'

    Dia menjawab, 'Ya'.

    Aku bertanya, 'Dari mana kamu peroleh kedudukan dan semua ini ?'

    Dia menjawab, 'Sesungguhnya Allah memiliki banyak anugerah derajat (tingkat) tempat yang sangat membahagiakan penghuninya, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui kesabaran ketika ditimpa musibah, dan bersyukur ketika bergelimang kenikmatan disertai rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam keadaan sepi maupun ramai'.

◈◈◈◈◈

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 22 - TAKUT KEPADA ALLAH

السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Diantara keyakinan seorang muslim, bahwa manfaat dan mudhorot adalah di tangan Allah semata. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Allah dan tidak bertawakal kecuali hanya kepada Allah.     Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya kepada merendahkan diri dihadapan Allah, mengagungkan-Nya dan membawanya untuk menjauhi larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya.     Bukan takut yang berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap Rahmat Allah dan juga bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan kepada Allah.      Takut seperti ini adalah ibadah, tidak boleh sekali-kali seorang muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allah, barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allah, maka dia telah terjerumus kedalam syirik besar yang dapat men...

HSI-SILSILAH 05 - HALAQOH 14 - Tanda-Tanda Besar Dekatnya Hari Kiamat

 السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته  ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ Tanda-tanda besar dekatnya hari kiamat adalah 10 tanda menjelang datangnya hari kiamat. Yang apabila sudah muncul 10 tanda tersebut, maka akan terjadilah hari kiamat. Tanda-tanda besar tersebut apabila muncul satu, maka akan segera diikuti oleh yang lain. Suatu saat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat para Shahābat sedang saling berbicara.      Maka Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian bicarakan?”      Merekapun menjawab, “Kami sedang mengingat hari kiamat.”      Maka, Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam bersabda : إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ “Sesungguhnya tidak akan bangkit hari kiamat tersebut sampai kalian melihat sebelumnya 10 tanda-tanda.” Kemudian Beliau Shallallāhu ‘Alayhi wa Sallam menyebutkan 10 tanda tersebut. Asap Dajjal Daabbah (seekor hewan melata) Terbitnya...

HSI-SILSILAH 01- HALAQOH 19 - BERSUMPAH DENGAN SELAIN NAMA ALLAH

  السّلام عليكم ورحمة الله و بر كاته   ... الحمد لله و الصلاة والسلام على رسول الله و على اله و صحبه اجمعين ꜜꜜꜜ     Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang dinamakan baik oleh yang berbicara maupun yang di ajak bicara.     Kalau bahasa arab makan menggunakan huruf 'و' atau 'ب' atau 'ت' adapun bahasa indonesia maka menggunakan kara 'demi'.     Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allah semata, misalnya dengan mengatakan : ' Wallahi ' , Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Dan lain-lain.     Adapun makhluk, bagaimanapun agungnya di mata manusia, maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya. Misalnya dengan mengatakan ; Demi Rasulullah, Demi Ka'bah, Demi Jibril, Demi langit dan bumi, Demi bulan dan bintang, Dan lain-lain.     Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluk yang terlarang.     Rasulullah Sholallahu 'alayhi Wa S...